digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hijrah Purnama Putra
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Pertumbuhan sebuah kota selalu diikuti oleh beban yang harus diterima oleh kota tersebut, salah satunya adalah beban sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat perkotaan secara kolektif. Dalam sistem pengelolaan sampah dikenal dua sektor yang bekerja, yaitu (1) sektor formal yang dikelola oleh pemerintah, dimulai dari kegiatan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan hingga ke pembuangan akhir. (2) sektor informal yang dilakukan oleh pemulung, pengepul, bandar, lapak dan lainnya, memiliki peran dalam recovery sampah, namun tidak menjadi pertimbangan dalam desain sistem pengelolaan sampah. Saat ini di Indonesia, berkembang satu sektor lainnya, dalam penelitian ini disebut sebagai sektor semi formal, yaitu Bank Sampah dan TPS 3R. Secara kuantitas sektor ini terus berkembang, namun belum dilengkapi dengan studi yang komprehensif untuk mengevaluasi kinerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kinerja ketiga sektor serta faktor yang mempengaruhi kinerjanya, serta mengembangkan gagasan integrasi ketiga sektor dalam sistem pengelolaan sampah. Penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap ke-1 adalah mengidentifikasi, mengevaluasi kegiatan yang dilakukan pada sektor formal, dan memunculkan indikasi yang mempengaruhi kinerjanya. Tahap ke-2 adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi kinerja sektor informal, dengan berbagai faktor yang mempengaruhi kinerjanya, dilanjutkan dengan potensi integrasi yang dapat dilakukan. Tahap ke-3 sama seperti penelitian tahap ke-2, hanya pada objek yang berbeda, yaitu sektor semi formal dengan program bank sampah dan TPS 3R. Sedangkan tahap ke-4 dilanjutkan dengan analisa aliran massa sampah dan pengembangan gagasan (framework) integrasi ketiga sektor berdasarkan pada kebijakan, kondisi eksisting, faktor yang mempengaruhi kinerja dan indikator kinerja yang telah didapatkan pada tahapan sebelumnya. Gagasan integrasi mencakup aspek kebijakan, kelembagaan, teknis operasional dan peran serta masyarakat. Penelitian tahap ke-1 didapatkan tingkat pelayanan sektor formal yang bervariasi di ketiga wilayah studi, persentase pelayanan tertinggi dimiliki oleh Kota Yogyakarta(79,87%), diikuti oleh Kabupaten Sleman (18,14%) dan terendah dimiliki oleh Kabupaten Bantul (8,243%). Ketiga wilayah memiliki tantangan masing-masing dalam meningkatkan akses pelayanan, secara umum dipengaruhi oleh sarana prasarana, SDM, kebijakan, pembiayaan hingga peran serta masyarakat. Penelitian tahap ke-2 berfokus pada sektor informal, dengan survei yang dilakukan pada pemulung di berbagai lokasi (sumber sampah, TPS, dan TPA) dan pengepul sampah sebagai penerima hasil yang telah dikumpulkan oleh pemulung. Sektor informal mengambil peran dalam mengumpulkan sampah sejak dari sumber sebesar 1,43%, di TPS 0,40%, dan di TPA sebesar 1,32%. Ditampung oleh pengepul 2,45% dan penerima lainnya 2,66%. Secara keseluruhan sektor informal memiliki peran sebesar 5,11% dalam recovery sampah di wilayah studi. Pemulung dan pengepul memiliki 2 indikator kinerja, yaitu kuantitas sampah dan nilai ekonomi. Pada aktivitas pemulung, faktor yang mempengaruhi kinerja adalah jenis sampah, jumlah pengepul, waktu penyetoran dan fasilitas kerja yang digunakan oleh pemulung. Sedangkan pada aktivitas pengepul dipengaruhi oleh jenis pengolahan yang digunakan, dan residu kegiatan. Penelitian tahap ke-3 berfokus pada sektor semi formal, yaitu bank sampah dan TPS 3R. Terdapat 495 unit bank sampah dan 23 unit TPS 3R di wilayah studi, dengan peran mencapai 2,15%. Berbeda dengan sektor informal, sektor ini memiliki motif lingkungan, disamping juga memiliki motif ekonomi dan pemberdayaan. Indikasi faktor yang mempengaruhi kinerja dikelompokkan menjadi 4 bagian utama, yaitu awal pelaksanaan program, input, proses dan output program. Output program digunakan sebagai indikator kinerja, terdiri dari perkembangan nasabah, produk dan nilai ekonomi untuk bank sampah. Sedangkan untuk TPS 3R, terdiri dari produk kompos, produk anorganik, residu, perkembangan pelanggan dan nilai ekonomi. Masing-masing indikator kinerja tersebut terdiri dari beberapa faktor yang berpengaruh. Penelitian tahap ke-4 merupakan langkah integrasi yang dilakukan dari hasil pada tahapan sebelumnya. Acuan data yang digunakan komponen kebijakan, kondisi eksisting, faktor yang mempengaruhi kinerja dan indikator kinerja. Integrasi juga disusun dengan mencakup berbagai aspek dalam pengelolaan sampah, yaitu aspek kebijakan, kelembagaan, teknis operasional, dan peran serta masyarakat. Gagasan integrasi yang diusulkan adalah menetapkan TPS 3R sebagai pusat pengolahan sampah skala kawasan dengan mengintegrasi sistemnya dengan bank sampah. Bank sampah berperan sebagai pusat edukasi masyarakat dalam memilah sampah, sehingga terjadi aktivitas saling mendukung dalam kedua model pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini. Kinerja TPS 3R akan dihitung sebagai kinerja pengelolaan sampah desa, dan dapat digunakan sebagai persentase layanan persampahan oleh sektor formal. TPS 3R juga berfungsi sebagai pengumpul yang juga dapat dimanfaatkan oleh sektor informal.