Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan terutama diberbagai negara berkembang
termasuk Indonesia. Secara tradisional masyarakat telah menggunakan daun Suji
(Dracaena angustifolia Roxb), daun Harendong (Melastoma malabathricum L), dan
Herba Ciplukan (Physalis angulata L.) untuk mengatasi berbagai gangguan pencernaan
termasuk diare. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antidiare dan
antibakteri ekstrak maupun fraksi terpilih dari ketiga tumbuhan tersebut. Ekstraksi
dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut etanol. Ekstrak terpilih
difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan dan etil
asetat secara bertahap. Uji aktivitas antimikroba dilakukan secara in vitro dengan
menggunakan metode broth microdilution terhadap ekstrak dan fraksi tumbuhan terpilih.
Mikroba uji yang digunakan adalah Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella
flexneri, dan Salmonella typhi. Dilakukan uji antidiare pada hewan uji yang diinduksi
minyak jarak. Sediaan uji diberikan satu jam sebelum induksi kemudian dilakukan
pengamatan terhadap feses (frekuensi, konsistensi dan berat). Metode waktu lintas usus
juga dilakukan pada percobaan ini dengan prinsip membandingkan usus yang dilalui
marker dengan panjang usus seluruhnya. Dari hasil uji aktivitas antidiare yang
menunjukkan penurunan frekuensi dan konsistensi feses paling baik adalah ekstrak herba
ciplukan dosis 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb, pada menit ke 120-150 menunjukkan
perbedaan bermakna dibanding kelompok kontrol (p<0,05). Aktivitas penurunan motilitas
usus yang baik dapat ditunjukkan oleh fraksi etil asetat herba ciplukan pada dosis 25
mg/kgbb. Dari pengujian antibakteri yang menunjukkan hasil terbaik ditunjukkan oleh
fraksi n-heksan yang mempunyai kemampuan penghambatan pada bakteri Shigella
dysenteriae, Shigella flexneri, Eschericia coli, dan Salmonella typhi, dengan KHM
berturut-turut 512 µg/ml, 256 µg/ml, 512 µg/ml, dan 256 µg/ml. Sedangkan pada daun
harendong fraksi etilasetat mampu menghambat Shigella dysenteriae pada KHM 128
µg/ml, dan Salmonella typhi pada KHM 512 µg/ml, sedangkan fraksi n-heksan mampu
menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dan Salmonella typhi pada KHM 512
µg/ml. Kesimpulan: Dari ketiga tanaman yang diuji dapat disimpulkan bahwa herba
ciplukan merupakan tanaman yang terbaik yang mempunyai aktivitas antidiare dan
antibakteri. Fraksi n-heksana daun ciplukan merupakan fraksi yang paling baik sebagai
antidiare dengan menurunkan gerakan peristaltik usus sehingga frekuensi defekasi
menjadi berkurang dan konsistensi feses menjadi meningkat dan juga paling baik sebagai
antibakteri terhadap bakteri Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, Eschericia coli, dan
Salmonella typhi, dibandingkan dengan fraksi lainnya.