Melastomataceae merupakan salah satu suku tumbuhan yang diketahui mengandung senyawa
antibakteri. Harendong bulu [Clidemia hirta (L.) D. Don] merupakan salah satu jenis tumbuhan dari
suku Melastomataceae yang belum banyak diteliti. Harendong bulu ini banyak tumbuh liar di daerah
hutan, dan dianggap sebagai tumbuhan invasif yang dapat mengganggu pertumbuhan tumbuhan lain.
Secara tradisional, daun harendong bulu digunakan untuk mengobati luka termasuk luka infeksi.
Beberapa studi penelitian menunjukkan bagian tumbuhan harendong bulu ini memiliki aktivitas
antibakteri, yaitu akar, batang, dan daun. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah secara fitokimia
golongan senyawa yang terdapat dalam daun harendong bulu, menentukan aktivitas antibakteri dari
ekstrak, fraksi, serta subfraksi dari daun harendong bulu, dan menentukan golongan senyawa yang
berperan dalam aktivitas antibakteri. Penelitian dimulai dengan pembuatan simplisia, karakterisasi
simplisia, dan penapisan fitokimia. Daun harendong bulu segar dikumpulkan, dikeringkan, dan
digiling menjadi serbuk simplisia. Simplisia dikarakterisasi meliputi pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu larut air, penetapan
kadar abu tidak larut asam, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, serta
penetapan susut pengeringan. Penapisan fitokimia menunjukkan hasil positif pada flavonoid, fenol,
tanin katekat, tanin galat, saponin, dan steroid/triterpenoid. Simplisia diekstraksi secara bertahap
dengan metode refluks menggunakan tiga pelarut dengan kepolaran bertingkat, yaitu n-heksana, etil
asetat, dan etanol. Ekstrak etil asetat difraksinasi dengan metode kromatografi cair vakum secara elusi
gradien menggunakan kombinasi tiga pelarut dengan kepolaran bertingkat. Fraksi terpilih
disubfraksinasi menggunakan metode kromatografi kolom klasik secara elusi gradien menggunakan
kombinasi tiga pelarut dengan kepolaran bertingkat. Subfraksi terpilih disubfraksinasi lebih lanjut
menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif. Senyawa antibakteri dikarakterisasi menggunakan
penampak bercak spesifik untuk menentukan golongan senyawanya. Pengujian aktivitas antibakteri
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Uji aktivitas antibakteri secara kualitatif dilakukan dengan
uji biootografi, dan secara kuantitatif dengan uji mikrodilusi. Uji biootografi dilakukan untuk
menentukan senyawa antibakteri berdasarkan profil kromatogramnya. Uji mikrodilusi dilakukan untuk
menentukan nilai konsentrasi hambat minimum sampel uji terhadap bakteri uji. Hasil uji mikrodilusi
menunjukkan nilai konsentrasi hambat minimum yang sama pada ekstrak etil asetat, fraksi, dan
subfraksi, yaitu 1024 µg/mL terhadap Enterococcus faecalis dan Staphylococcus aureus, dan 2048
µg/mL terhadap Propionibacterium acnes. Hasil uji biootografi menunjukkan senyawa pada Rf 0,74
memberikan daerah hambat terhadap ketiga bakteri uji. Berdasarkan hasil karakterisasi menggunakan
penampak bercak spesifik, senyawa pada Rf 0,74 diduga sebagai suatu senyawa golongan flavonoid.