







Teori konsolidasi umumnya diaplikasikan pada tanah jenuh air yang berasosiasi
dengan lapisan media berpori di bawah muka air tanah. Kondisi aktual
menunjukkan bahwa fenomena konsolidasi justru juga lazim terjadi di tanah tak
jenuh air. Pembebanan pada proses konsolidasi menyebabkan udara terdisipasi
terlebih dahulu dibandingkan air, karena nilai kompresibilitas udara jauh lebih
besar daripada kompresibilitas air. Disipasi udara terjadi secara gradual,
menyebabkan udara keluar dari zona tanah jenuh air sehingga lambat laun
menjadi jenuh air. Bila kondisi jenuh dicapai, maka selanjutnya akan terjadi
disipasi air dalam kondisi tanah jenuh air atau lazim disebut sebagai konsolidasi
tanah jenuh air.
Parameter yang sering diukur pada zona tanah tak jenuh air adalah kadar air,
dimana distribusi kadar air pada tanah juga berkaitan erat dengan proses infiltrasi
dan evaporasi.Variasi distribusi kadar air pada zona tanah tak jenuh air
menyebabkan nilai konduktivitas hidrolik juga bervariasi berdasarkan nilai kadar
air. Variasi nilai konduktivitas hidrolik berpengaruh terhadap nilai koefisien
konsolidasi, dimana nilai koefisien konsolidasi juga bervariasi terhadap nilai
kadar air. Variasi nilai koefisien konsolidasi terjadi secara gradual dan non linier.
Perkembangan keilmuan air tanah, baik dari sisi rekayasa, sains, dan teknologi
telah membawa masa depan baru dalam keilmuan air tanah. Penelitian ini
mencoba mencari korelasi pengaruh distribusi kadar air pada konsolidasi tanah tak
jenuh air, sehingga didapat formulasi awal koefisien konsolidasi non linier di
tanah tak jenuh air. Harapannya, penelitian ini menjadi wawasan baru bagi
keilmuan air tanah.