digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Layanan transportasi merupakan hal penting yang harus ada untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, terkadang masih terdapat blank spot sehingga ada lokasi yang tidak dapat terpenuhi permintaan pergerakannya oleh layanan transportasi yang ada. Kurangnya layanan transportasi dapat memicu munculnya kalangan transport disadvantage (TDA) yang rentan terhadap eksklusi sosial, yaitu kondisi dimana suatu kelompok atau individu tidak mempunyai akses terhadap kesempatan berkegiatan yang dianggap normal oleh masyarakat umumnya. Fenomena eksklusi sosial yang berhubungan dengan transportasi ini juga terjadi di Indonesia. Untuk mengatasinya, diperlukan pemahaman bagaimana aspek-aspek TDA berhubungan dengan eksklusi sosial. Hingga saat ini studi terpublikasi yang membahas fenomena eksklusi sosial terkait transportasi baru sebatas dilakukan dalam konteks perkotaan dan kota, belum terdapat penelitian pada konteks perdesaan. Padahal, penelitian ekslusi sosial dalam konteks perdesaan sangat penting dilakukan mengingat adanya perbedaan karakteristik masyarakat serta perilaku pergerakan masyarakat perdesaan dan perkotaan, sehingga eksklusi sosial lebih mungkin untuk terjadi pada wilayah perdesaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh masing-masing variabel TDA terhadap eksklusi sosial pada konteks perdesaan dengan studi kasus Dusun Cibeureum (Kabupaten Bandung Barat) dan Dusun Bunikasih (Kabupaten Subang). Dalam penelitian ini dijabarkan mengenai aksesibilitas dan karakteristik wilayah studi. Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel TDA terhadap eksklusi sosial adalah Partial Least Squares (PLS) Structural Equation Modeling (SEM). Model PLS-SEM dikembangkan dengan mencakup variabel eksklusi sosial serta empat variabel TDA yaitu aksesibilitas, karakteristik individu, keberadaan kendaraan pribadi, serta perilaku pergerakan. Temuan studi menyatakan bahwa pada kedua wilayah studi, kegiatan yang paling tereksklusi adalah kegiatan politik dan berbelanja. Dari empat variabel TDA, variabel aksesibilitas merupakan yang paling tinggi pengaruhnya terhadap eksklusi sosial sehingga untuk mengurangi eksklusi sosial maka intervensi paling tepat dilakukan pada tingkat aksesibilitas wilayah studi. Lebih spesifiknya, pada kedua wilayah studi diperlukan adanya alternatif moda pergerakan, dan khususnya pada Dusun Bunikasih diperlukan perhatian terhadap biaya perjalanan.