Pengembangan sistem BRT di Indonesia sebagai angkutan umum massal dalam
satu dekade terakhir ini terus dilakukan. Namun pengembangan sistem tersebut
seringkali mendapatkan penolakan dari operator angkot, seperti yang terjadi di
kota Bandung. Protes dari pengusaha dan pengemudi angkot telah mengakibatkan
pengoperasian sistem BRT Trans Metro Bandung tertunda. Konflik sosial yang
muncul tersebut perlu didalami sehingga dapat dicarikan solusi bagi keduanya.
Oleh karenanya, perlu usaha untuk memahami kondisi-kondisi sosial pelaku
sektor angkot sehingga diketahui latar belakang penolakan yang mereka lakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak sosial dari pengembangan
sistem BRT Trans Metro Bandung dan berusaha mengembangkan strategi untuk
mengurangi dampak negatif yang muncul. Pendekatan tugas-tugas SIA dalam
penelitian ini digunakan tidak hanya untuk memprediksi dan menganalisa
kemungkinan dampak positif dan negatif, namun juga menawarkan langkahlangkah
mitigasi untuk memaksimalkan manfaat yang diberikan dan juga
meminimalisir resiko yang diderita oleh pelaku sektor angkot.
Sebagai komunitas yang menerima langsung dampak pengembangan sistem BRT
Trans Metro Bandung, para pengusaha dan pengemudi angkot merupakan
kelompok yang paling rentan dan perlu mendapatkan perhatian. Para pengusaha
dan pengemudi angkot merasakan pengoperasian sistem BRT Trans Metro
Bandung turut berkontribusi dan mempengaruhi turunnya pendapatan harian
mereka. Sementara bagi mereka hanya sedikit pilihan untuk menyesuaikan dengan
kondisi yang terjadi kecuali bertahan di usaha sektor angkot.
Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa proses pengembangan sistem BRT
Trans Metro Bandung belum dilakukan secara partisipatif. Sosialisasi hanya
dilakukan kepada perwakilan pelaku sektor angkot, sementara banyak pengusaha
dan pengemudi angkot yang tidak menerima informasi pengembangan BRT.
Pendekatan SIA melalui pelibatan komunitas yang terkena dampak dalam proses
perencanaan merupakan usaha untuk menghormati hak-hak mereka sekaligus
mendorong mereka untuk ikut menentukan bagaimana menentukan langkahlangkah
menghadapi perubahan yang mungkin terjadi.