digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tunanetra diduga memerlukan kebutuhan khusus untuk berkonsentrasi dalam proses belajar. Penelitian ini melakukan eksperimen yang mempelajari aspek sensori suara dan aroma dalam upaya meningkatkan konsentrasi problem solving task tunanetra. Eksperimen yang dilakukan adalah: (a) tes motorik; menyusun lempengan kayu persegi panjang, (b) tes kognitif/anagram; menyusun komposisi kata. Kedua tes dibagi menjadi pre-test dan post-test dengan stimuli dan tanpa stimuli dalam ruangan, yaitu: (a) ruangan tanpa stimuli (NT-Non Treatment), (b) stimuli suara instrumen (AT-Audial Treatment), dan (c) stimuli aroma lavender (OT-Olfactory Treatment). Pada tes motorik, ruang NT, AT dan OT secara berurutan mendapatkan angka korelasi sebesar 0.73, 0.58 dan 0.83. Sedangkan, pada tes kognitif, ruang NT, AT dan OT mendapatkan angka korelasi sebesar 0.04, 0.36 dan 0.37. Dari enam pasangan uji T-Test, hanya pasangan uji ruang NT-OT pada tes kognitif yang mendapatkan angka signifikansi yaitu sebesar 0.026, yang memperlihatkan durasi pada ruang OT yang lebih singkat dibandingkan dengan durasi pada ruang NT yang tercatat lebih panjang. Untuk lebih memahami aspek kognitif, penelitian ini menerapkan teknik Associative Concept Network Analysis (ACNA) berbasis verbal protocol. Hasilnya mengindikasikan ruangan dengan stimuli OT mengurangi distraksi berpikir, ditandai dengan jumlah pengelompokan baris kata asosiatif (layer) yang lebih sedikit, serta klasifikasi kata asosiatif yang mengindikasikan fokus pada materi tes, seperti ‘Size and Measurement’ dan ‘Learning Proccess.’ Penelitian ini mengungkap bahwa ruang dengan stimuli aroma berkontribusi positif terhadap konsentrasi penyandang tunanetra.