Tunanetra diduga memerlukan kebutuhan khusus untuk berkonsentrasi dalam
proses belajar. Penelitian ini melakukan eksperimen yang mempelajari aspek
sensori suara dan aroma dalam upaya meningkatkan konsentrasi problem
solving task tunanetra. Eksperimen yang dilakukan adalah: (a) tes motorik;
menyusun lempengan kayu persegi panjang, (b) tes kognitif/anagram;
menyusun komposisi kata. Kedua tes dibagi menjadi pre-test dan post-test
dengan stimuli dan tanpa stimuli dalam ruangan, yaitu: (a) ruangan tanpa
stimuli (NT-Non Treatment), (b) stimuli suara instrumen (AT-Audial
Treatment), dan (c) stimuli aroma lavender (OT-Olfactory Treatment). Pada
tes motorik, ruang NT, AT dan OT secara berurutan mendapatkan angka
korelasi sebesar 0.73, 0.58 dan 0.83. Sedangkan, pada tes kognitif, ruang NT,
AT dan OT mendapatkan angka korelasi sebesar 0.04, 0.36 dan 0.37. Dari
enam pasangan uji T-Test, hanya pasangan uji ruang NT-OT pada tes kognitif
yang mendapatkan angka signifikansi yaitu sebesar 0.026, yang
memperlihatkan durasi pada ruang OT yang lebih singkat dibandingkan
dengan durasi pada ruang NT yang tercatat lebih panjang. Untuk lebih
memahami aspek kognitif, penelitian ini menerapkan teknik Associative
Concept Network Analysis (ACNA) berbasis verbal protocol. Hasilnya
mengindikasikan ruangan dengan stimuli OT mengurangi distraksi berpikir,
ditandai dengan jumlah pengelompokan baris kata asosiatif (layer) yang lebih
sedikit, serta klasifikasi kata asosiatif yang mengindikasikan fokus pada
materi tes, seperti ‘Size and Measurement’ dan ‘Learning Proccess.’
Penelitian ini mengungkap bahwa ruang dengan stimuli aroma berkontribusi
positif terhadap konsentrasi penyandang tunanetra.
Perpustakaan Digital ITB