Tenun di Indonesia merupakan salah satu peninggalan budaya yang populer dan beragam. Keberagaman kain-kain tradisional dihasilkan oleh perbedaan geografis dan juga gaya hidup yang mempengaruhi corak hidup setiap suku bangsa di Nusantara, salah satunya adalah kain tenun ikat Sintang.
Kain tenun ikat Sintang adalah salah satu jenis kain tenun Indonesia yang berasal dari suku Dayak Desa dari tanah Kalimantan Barat. Setiap suku Dayak mewarisi nilai estetika yang tinggi, yang tergambar melalui ragam hias Neolitik dengan gaya representatif di dalam pemujaan kepada alam dan nenek moyang. Tenun ikat Sintang saat ini tidak terlalu kaku dan lebih mementingkan permintaan pasar, para penenun tidak lagi takut menenun motif sakral dan tidak tahu makna dibalik motif yang ditenun. Rata-rata para penenun menenun motif sesuai keinginan berdasarkan objek sekitar, serta menggunakan pewarna sintetis untuk mempercepat produksi. Tenun ikat Sintang juga diaplikasikan menjadi produk fashion namun produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan perkembangan zaman disebabkan kurang adanya inovasi desain yang sesuai.
Penelitian dimulai dengan melakukan studi lapangan di Rumah Betang desa Ensaid Panjang, Koperasi Jasa Menenun Mandiri sebagai salah satu tempat berjualan produk-produk fashion tenun ikat Sintang, studi mengenai motif, melakukan dekonstruksi motif yang diaplikasikan ke dalam bentuk modul dengan perakitan interlocking, serta melakukan uji tarik modul. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasil produk fashion tenun ikat Sintang kontemporer yang sesuai dengan perkembangan zaman yang pada akhirnya dapat mempopulerkan produk fashion tenun ikat Sintang.
Metode yang digunakan adalah pendekatan campuran kuantitatif dan kualitatif dengan strategi eksploratori sekuensial melalui eksperimentatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain melalui observasi lapangan, wawancara terhadap narasumber, terkait studi pustaka, dan kuisioner.
Perpustakaan Digital ITB