digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bentuk kota dan pilihan moda memiliki hubungan yang kompleks. Studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan hasil yang tidak konsisten, demikian pula studi-studi terkait hubungan bentuk kota dengan pilihan berjalan kaki yang pada umumnya dilakukan pada skala lingkungan/neighborhood. Ketidakkonsistenan hubungan bentuk kota dan pilihan berjalan kaki terjadi karena keterbatasan variabel yang menggambarkan bentuk kota; metode yang mengabaikan perilaku pelaku perjalanan; dan terbatasnya skala ruang yang mengambarkan pola perjalanan pelaku perjalanan. Dalam studi hubungan pilihan berjalan kaki dan bentuk kota, sangat penting menempatkan berjalan kaki dalam satu kesatuan sistem transportasi dalam skala ruang meso (lingkungan) hingga makro (kota), dan mempertimbangkan perilaku perjalanan harian skala disaggregat pelaku perjalanan dalam memilih berjalan kaki. Dengan menempatkan berjalan kaki sebagai kesatuan sistem transportasi, penelitian ini mengekplorasi dan menjelaskan keterkaitan antara bentuk kota dan pengaruhnya terhadap pilihan berjalan kaki pelaku perjalanan. Penelitian ini berupaya merumuskan variabel bentuk kota pada skala ruang meso (lingkungan) dan makro (kota) dan mengukurnya, serta mengekplorasi pengaruh bentuk kota tersebut terhadap pilihan untuk berjalan kaki untuk jenis perjalanan tertentu berdasarkan aktivitas pelaku perjalanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kombinasi (kuantitatif dan kualitatif) dan perilaku perjalanan berbasis kegiatan. Studi kasus yang dipilih adalah kota metropolitan (Kota Bandung) dan kota menengah-besar (Kota Yogyakarta). Analisis berbasis kegiatan (activity-based analysis) sebagai sumber data disaggregate digunakan untuk menganalisis perilaku perjalanan harian responden dalam menggunakan moda perjalanan kaki. Responden dipilih secara stratified random sampling berdasarkan pertimbangan kekompakan lingkungan dan jarak ke pusat kota (lokasi tempat tinggal). Analisis kombinasi (kuantitatif dan kualitatif) digunakan untuk menganalisis hubungan bentuk kota dan pilihan berjalan kaki oleh pelaku perjalanan serta untuk melakukan generalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kota memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perjalanan dengan berjalan kaki terutama terkait perjalanan transit dan pengaruh pusat kota pada pilihan berjalan kaki. Beberapa faktor spesifik seperti gender dan kepemilikan kendaraan mempunyai pengaruh perjalanan dengan berjalan kaki yang berbeda jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan. Disamping itu, penelitian ini juga menemukan bahwa pada skala meso yaitu lingkungan tempat tinggal yang kondusif mendukung terjadinya perjalanan dengan berjalan kaki. Temuan-temuan utama dalam penelitian ini memperkuat argumen bahwa perjalanan dengan berjalan kaki akan dipengaruhi oleh faktor-faktor bentuk kota. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola perjalanan dengan berjalan kaki merupakan keputusan individual pelaku perjalanan. Namun, keputusan untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki tidak hanya dipengaruhi oleh faktorfaktor sosioekonomi saja. Penelitian ini membuktikan bahwa lingkungan eksternal juga mempengaruhi keputusan melakukan perjalanan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan, dari skala meso (lingkungan sekitar tempat tinggal) dan makro (bentuk kota), juga memiliki pengaruh dalam menentukan karakter pola perjalanan dengan berjalan kaki. Hasil penelitian berkontribusi pada pengkayaan diskursus tentang perjalanan dengan berjalan kaki, baik dalam konteks teori perencanaan kota maupun teoriteori pada disiplin ilmu yang berkaitan dengan isu-isu perjalanan dengan berjalan kaki. Untuk teori perencanaan studi ini memberikan tambahan konfirmasi tentang pentingnya merencanakan kota yang kompak. Dalam konteks transportasi, studi ini mendukung penggunaan moda bercampur dengan moda utama transportasi publik, untuk mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi