
2019_TS_PP_ABDURRAHMAN_ARROISI_1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Taupik Abidin Ringkasan
Mempertimbangkan ekstrimnya ketidakpastian yang dihadapi oleh investor pada
periode krisis, penelitian ini menyelidiki apakah keterhubungan volatilitas dapat
digunakan untuk memprediksi tingkat pengembalian dan aktivitas perdagangan
dalam jangka pendek. Penelitian ini menggunakan data transaksi pasar saham
Indonesia dari Januari 2008 hingga Desember 2017. Mengikuti pendekatan Diebold
and Yilmaz (2012), keterhubungan volatilitas dibangun menggunakan generalized
variance decomposition dari model vektor autoregresi baik dengan realized
volatility (RV) frekuensi tinggi dan volatilitas GJR-GARCH (GGV) frekuensi
rendah sebagai input. Dengan metode vektor autoregresi, penelitian ini menemukan
bahwa keterhubungan volatilitas bersih dari sektor keuangan dapat digunakan untuk
memprediksi pengembalian pasar yang lebih rendah di masa depan dan
ketidakseimbangan perdagangan yang lebih rendah hingga 2 hari ke depan dalam
periode krisis, tetapi tidak dalam periode bukan krisis. Hasil ini kuat di berbagai
portofolio. Namun, keterhubungan volatilitas bersih berbasis RV dari sektor
keuangan tidak memiliki kekuatan prediksi baik dalam krisis maupun non-krisis.
Keunggulan perhitungan berbasis GGV mungkin karena leverage effect pada GJRGARCH.
Menariknya, meskipun dengan signifikansi ekonomi yang lebih rendah,
keterhubungan volatilities total berbasis RV (dan berbasis GGV, pada level yang
lebih rendah) memprediksi pengembalian positif dalam 4 atau 5 hari ke depan tetapi
tidak untuk hari sebelumnya, baik dalam periode krisis maupun non-krisis. Tanda
kebalikan dari prediktabilitas pengembalian dengan menggunakan keterhubungan
bersih sektor keuangan dan keterhubungan total pasar menunjukkan kekhasan
sektor keuangan pada periode krisis. Ini memberikan bukti bahwa sektor keuangan
memiliki risiko sistemik tambahan yang berkontribusi terhadap pengembalian pasar
yang lebih rendah di masa depan. Yang terakhir, kami menemukan bahwa para
investor Indonesia umumnya melakukan herding dan investasi secara contrarian
dan bahwa aktivitas perdagangan berdampak pada pengembalian saham secara
lemah.