
2019_TS_PP_ACHLANUDIN_YUSUF_1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Taupik Abidin Ringkasan
Pemerintah Indonesia membutuhkan banyak dana untuk menyediakan layanan
publik. Selisih antara pendapatan pemerintah dan pengeluaran pemerintah
menyebabkan defisit anggaran. Kondisi defisit ini harus dibiayai dengan
menerbitkan obligasi pemerintah (utang publik). Jumlah Surat Utang Negara
(SUN) Indonesia yang beredar meningkat setiap tahun. Meningkatnya utang dapat
menjadi masalah utama dalam kebijakan fiskal pemerintah karena mengganggu
keberlanjutan utang. Untuk mencapai keberlanjutan utang secara keseluruhan,
perlu untuk mengelola proporsi optimal dari berbagai denominasi mata uang SUN.
Penelitian ini memberikan kerangka teoritis proporsi optimal berbagai denominasi
mata uang SUN sebagai alat untuk meminimalkan biaya bunga yang harus dibayar
oleh pemerintah Indonesia dan untuk meminimalkan risiko nilai tukar karena
beberapa obligasi berdenominasi dalam mata uang asing.
Berdasarkan kerangka teoritis yang kami kembangkan, kami melakukan simulasi
untuk menghitung proporsi optimal dari obligasi pemerintah berdenominasi rupiah
dan obligasi pemerintah berdenominasi mata uang asing. Kami menemukan bahwa
biaya utang terendah dapat dicapai ketika pemerintah menghindari risiko suku
bunga dan pemerintah cenderung menjadi pengambil risiko dalam hal risiko nilai
tukar. Sehubungan dengan layanan utang terendah ini, proporsi SUN yang optimal
adalah 58,43% dalam obligasi Rupiah, 38,79% pada obligasi Dolar Amerika,
0,35% pada obligasi Yen, dan 2,42% pada obligasi Euro. Kami juga menemukan
bahwa bagi pemerintah Indonesia, toleransi risiko tingkat bunga memainkan peran
yang lebih penting daripada toleransi risiko nilai tukar dalam menentukan proporsi
utang.