







Kondisi kerusakan struktural perkerasan dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya ialah asumsi bahwa interface antar layer perkerasan dianggap dalam
kondisi full bonding. Kondisi ini jarang terjadi dilapangan, banyak faktor yang
menyebabkan kondisi ini jarang terjadi, salah satunya ialah proses pekerjaan tack
coat yang kurang baik. Kondisi ini berdampak pada rusaknya lapisan antara struktur
perkerasan. Salah satu tipe kerusakan yang disebabkan oleh kondisi tidak full
bonding pada struktur perkerasan diantara asphalt wearing course (asphalt overlay)
dengan lapisan eksisting ialah slippage cracking. Tujuan dari penelitian ini ialah
untuk menganalisis pengaruh kondisi bonding terhadap perencanaan tebal lapis
tambah (overlay) menggunakan metoda AUSTROADS 2011.
Desain lapis tambah (overlay) menggunakan data lendutan FWD (Falling Weight
Deflectometer) sebagai masukan (input) dalam metoda AUSTROADS 2011. Proses
backcalculation dilakukan untuk menentukan nilai layer moduli menggunakan
program ELMOD. Data lalu lintas digunakan untuk mencari nilai beban rencana
dalam metoda AUSTROADS 2011 dengan dua kriteria yaitu kriteria kerusakan
fatigue (DSAR5) dan permanent deformation (DSAR7).
Hasil studi teoritis menunjukan bahwa interface diantara lapisan AC overlay
eksisting dan lapisan permukaan sangat sensitif terhadap variasi kondisi bonding
serta lokasi regangan kritis untuk kriteria fatigue terletak dibawah ban (axis =
0,1575) dan diantara ban (axis = 0) untuk kriteria permanent deformation. Hasil
tebal overlay berdasarkan pemodelan 3 – lapis dan 4 – lapis menunjukan bahwa
pemodelan 3 – lapis menghasilkan tebal lapis tambah (overlay) yang lebih tipis
yaitu saat kondisi full bonding ialah ± 10 mm, intermediate bonding ialah ± 10 mm
dan no bonding ialah ± 20 -50 mm sedangkan pemodelan 4 – lapis yaitu saat kondisi
full bonding ialah ± 10 – 20 mm, intermediate bonding ± 20 mm dan no bonding
ialah ± 50 mm.
Dari hasil analisis tebal lapis tambah (overlay) dengan mempertimbangkan kondisi
bonding dapat disimpulkan bahwa perencanaan overlay yang mempertimbangkan
kondisi bonding (tidak full bonding) menghasilkan tebal overlay yang lebih tebal
dibandingkan dengan kondisi full bonding.