digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perubahan penggunaan lahan dari hutan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit atau pinang memengaruhi kondisi ekosistem dan spesies yang ada di dalamnya, salah satunya adalah komunitas arthropoda tanah. Arthropoda tanah dipilih karena memiliki sensitivitas terhadap perubahan lingkungan sehingga dapat dijadikan bioindikator. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh konversi hutan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit dan pinang terhadap komposisi komunitas arthropoda tanah serta mengkaji hubungan komposisi komunitas arthropoda tanah dengan kondisi mikroklimat dan edafik akibat konversi hutan gambut. Penelitian ini dilakukan di Desa Sinar Wajo, Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Teknik pengambilan sampel menggunakan pitfall trap pada empat tipe lahan yang berbeda yakni hutan sekunder, hutan sekunder pasca kebakaran Bulan Agustus tahun 2017, perkebunan kelapa sawit, dan perkebunan pinang selama 2 x 24 jam dan pengambilan sampel setiap 1 x 24 jam. Melalui hasil penelitian ini dijumpai 1901 individu arthropoda tanah yang tergolong ke dalam 73 morfospesies dari 39 famili. Penurunan kelimpahan individu tertinggi terhadap hutan sekunder dijumpai pada hutan pasca kebakaran, yaitu mencapai 63%. Kelimpahan individu arthropoda tanah menunjukkan korelasi positif dengan kelembapan tanah. Indeks kekayaan dan keanekaragaman morfospesies tertinggi dijumpai pada hutan sekunder, sedangkan terendah pada perkebunan pinang. Menurut indeks kesamaan Morisita, komunitas arthropoda tanah hutan pasca kebakaran memiliki kemiripan dengan perkebunan pinang (0,73). Kandungan C-organik tanah tertinggi dijumpai pada hutan sekunder (50,13%), sedangkan terendah pada perkebunan pinang (19,10%). Konversi hutan gambut menyebabkan penurunan keanekaragaman serta merubah komposisi dan proporsi feeding guild dari arthropoda tanah yang dipengaruhi oleh struktur vegetasi dan kondisi edafik.