digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bali adalah suatu kebudayaan unik yang terbangun atas hubungan khusus antara manusia, alam dan Tuhan dalam ruang kepercayaan tri hita karana. Manusia Bali adalah individu yang terbuka memberikan reaksi dan respon terhadap segala perubahan lingkungan yang terus berlangsung, namun manusia Bali selalu berupaya secara simultan mengendalikan dan melestarikan kelokalan tradisi Bali. Michael Picard (2006) menyebut fenomena Bali ini sebagai museum hidup. Di tengah kelokalan tradisi Bali, pelukis diaspora Bali mengambil jarak dengan keluar dari Bali menuju kota besar, seperti Yogyakarta dan Bandung, untuk mengalami seni lukis modern (Adrian Vickers, 2011). Tidak seperti perkembangannya di Bandung, perkembangan seni lukis diaspora Bali di Yogyakarta berkembang pesat dalam organisasi Sanggar Dewata Indonesia sejak tahun 1970an dan mengalami puncaknya di akhir tahun 1980an hingga tahun 1990an. Perkembangan seni lukis diaspora Bali ini belum mendapat perhatian khusus dalam penelitian-penelitian seni rupa, sehingga penelitian terhadapnya menjadi penting. Penelitian ini melihat perkembangan seni lukis diaspora Bali melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan hermeneutika dalam metode pengamatan visual dan wawancara pada pelukis I Nyoman Erawan dan I Putu Sutawijaya sebagai bagian dari perkembangan seni lukis diaspora Bali di Yogyakarta. Penelitian artistik, dengan metode penciptaan artistik karya-karya penulis, dilakukan untuk memahami konteks seni lukis diaspora Bali yang berkembang di Bandung. Penelitian ini menemukan diaspora referential idiolect sebagai identitas artistik seni lukis diaspora Bali, yang menjelaskan kehadiran konstan konsep dan simbol lokal tradisi Bali sebagai rujukan identitas, namun sekaligus juga menjelaskan perbedaan pemilihan simbol baru menjangan dalam pendekatan artistik penulis, yang berbeda dengan simbol tipikal ngaben dan tarian yang digunakan Nyoman Erawan dan Putu Sutawijaya, sebagai akibat perbedaan idiolect yang terbangun oleh perbedaan pengalaman hidup masing-masing.