
PERPUS-DISERTASI WILLY HIMAWAN 37014007.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Saipul Aripin Ringkasan
Bali adalah suatu kebudayaan unik yang terbangun atas hubungan khusus antara manusia, alam
dan Tuhan dalam ruang kepercayaan tri hita karana. Manusia Bali adalah individu yang
terbuka memberikan reaksi dan respon terhadap segala perubahan lingkungan yang terus
berlangsung, namun manusia Bali selalu berupaya secara simultan mengendalikan dan
melestarikan kelokalan tradisi Bali. Michael Picard (2006) menyebut fenomena Bali ini sebagai
museum hidup.
Di tengah kelokalan tradisi Bali, pelukis diaspora Bali mengambil jarak dengan keluar dari
Bali menuju kota besar, seperti Yogyakarta dan Bandung, untuk mengalami seni lukis
modern (Adrian Vickers, 2011). Tidak seperti perkembangannya di Bandung,
perkembangan seni lukis diaspora Bali di Yogyakarta berkembang pesat dalam organisasi
Sanggar Dewata Indonesia sejak tahun 1970an dan mengalami puncaknya di akhir tahun
1980an hingga tahun 1990an. Perkembangan seni lukis diaspora Bali ini belum mendapat
perhatian khusus dalam penelitian-penelitian seni rupa, sehingga penelitian terhadapnya
menjadi penting.
Penelitian ini melihat perkembangan seni lukis diaspora Bali melalui penelitian kualitatif
dengan pendekatan hermeneutika dalam metode pengamatan visual dan wawancara pada
pelukis I Nyoman Erawan dan I Putu Sutawijaya sebagai bagian dari perkembangan seni lukis
diaspora Bali di Yogyakarta. Penelitian artistik, dengan metode penciptaan artistik karya-karya
penulis, dilakukan untuk memahami konteks seni lukis diaspora Bali yang berkembang di
Bandung.
Penelitian ini menemukan diaspora referential idiolect sebagai identitas artistik seni lukis
diaspora Bali, yang menjelaskan kehadiran konstan konsep dan simbol lokal tradisi Bali
sebagai rujukan identitas, namun sekaligus juga menjelaskan perbedaan pemilihan simbol baru
menjangan dalam pendekatan artistik penulis, yang berbeda dengan simbol tipikal ngaben dan
tarian yang digunakan Nyoman Erawan dan Putu Sutawijaya, sebagai akibat perbedaan idiolect
yang terbangun oleh perbedaan pengalaman hidup masing-masing.