digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Secara kontras, konsumsi minyak Indonesia menunjukkan tren naik yang stabil, karena jumlah penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan, berbanding lurus dengan permintaan untuk bahan bakar. Indonesia mengimpor sekitar 350.000 sampai 500.000 barel bahan bakar per hari dari beberapa negara, yang terdekat adalah Singapura (BP Statistical Review of World Energy, 2016). Untuk itu, perencanaan distribusi BBM pada masing-masing daerah harus disesuaikan dengan kebutuhan konsumsi BBM di masing-masing daerah agar terhindar dari krisis atau kelangkaan BBM. Peranan Pelabuhan sangat vital sebagai tempat perpindahan serta antarmoda trasnportasi barang. Pelabuhan Curah Cair BBM yang memadai sangat diperlukan untuk menunjang distribusi BBM dari satu wilayah ke Wilayah Distribusi Niaga (WDN) di seluruh Indonesia. Untuk mengurangi ketergantungan BBM kepada luar negeri, maka Pemerintah mengambil kebijakan untuk membangun kilang minyak (refinery unit) yang berfungsi untuk mengolah minyak mentah menjadi bahan bakar siap pakai, salah satunya adalah Refinery Unit-II yang berlokasi di Dumai, Riau.Topik yang diangkat pada Tugas Akhir ini adalah Desain Pola Operasi Perluasan Kilang Minyak II Riau Unit Dumai untuk Perluasan Terminal Curah Cair BBM diharapkan menjadi solusi yang paling tepat untuk mengoptimalkan distribusi BBM dan menjadi pemasok utama yang dapat mengakomodir kegiatan distribusi BBM sektor Pulau Sumatera dan Kalimantan, sehingga dapat mengurangi proses impor BBM. Pada Tugas Akhir ini akan dibahas mengenai perancangan pola operasi Perluasan Terminal Curah Cair Bahan Bakar Minyak pada Kilang Minyak II Riau Unit Dumai yang meliputi penentuan kapasitas dermaga dan lapangan penumpukan, penentuan biaya kapital (capital cost) peralatan, serta penentuan rencana tarif penanganan curah cair bahan bakar minyak di terminal.