digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Speaker tanduk atau TOA. Speaker tanduk hadir untuk memenuhi kebutuhan akan pengeras suara luar ruangan. Speaker tanduk merupakan sebuah teknologi yang masih relevan hari ini di masyarakat Indonesia. Speaker tanduk telah menjadi alat bantu sekaligus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dan memberikan efek yang negatif maupun positif hari ini. Speaker tanduk di Indonesia dikonsumsi secara kolektif, kita dapat menjumpainya di masjid, terminal, stasiun, lapangan, sekolah bahkan persimpangan jalan. Penulis melihat teknologi memiliki kaitan yang erat dengan identitas salah satu golongan masyarakat di Indonesia. Salah satu tempat yang sering mengunakan di masjid dan mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. Dalam hal tersebut speaker tanduk menjadi identik dengan tempat ibadah masyarakat Islam di Indonesia. Dalam beberapa hal penggunaan speaker tanduk dianggap penggunaannya berlebihan dan hal tersebut menjadi salah satu sikap intoleransi. Sehingga menjadi representasi persoalan intolerandi di Indonesia. Beberapa isu seperti toleransi dan saling serang antar golongan mewarnai kancah masyarakat Indonesia. Bisa dikatakan menjadi konflik horizontal di masyarakat. Dalam gagasan seri karya ini, penulis mengkritisi fenomena tersebut. Penulis menggunakan pendekatan seni sebagai representasi persoalan untuk mengungkapkan speaker tanduk menjadi sebuah makna yang berkaitan dengan isu sosial-politik yang sedang terjadi di masyarakat dan penulis menggunakan seni sebagai pengetahuan. Penulis juga menggunakan seni intalasi interaktif sebagai medium presentasi artistik dan new media art sebagai genre. Dari formula tersebut, karya seni rupa kontemporer mampu untuk membuka wawasan akan persoalan sosial-politik dan memancing pengetahuan yang bersifat kognitif dan afektif.