Speaker tanduk atau TOA. Speaker tanduk hadir untuk memenuhi kebutuhan akan
pengeras suara luar ruangan. Speaker tanduk merupakan sebuah teknologi yang
masih relevan hari ini di masyarakat Indonesia. Speaker tanduk telah menjadi alat
bantu sekaligus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dan
memberikan efek yang negatif maupun positif hari ini. Speaker tanduk di
Indonesia dikonsumsi secara kolektif, kita dapat menjumpainya di masjid,
terminal, stasiun, lapangan, sekolah bahkan persimpangan jalan.
Penulis melihat teknologi memiliki kaitan yang erat dengan identitas salah satu
golongan masyarakat di Indonesia. Salah satu tempat yang sering mengunakan di
masjid dan mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. Dalam hal
tersebut speaker tanduk menjadi identik dengan tempat ibadah masyarakat Islam
di Indonesia. Dalam beberapa hal penggunaan speaker tanduk dianggap
penggunaannya berlebihan dan hal tersebut menjadi salah satu sikap intoleransi.
Sehingga menjadi representasi persoalan intolerandi di Indonesia. Beberapa isu
seperti toleransi dan saling serang antar golongan mewarnai kancah masyarakat
Indonesia. Bisa dikatakan menjadi konflik horizontal di masyarakat.
Dalam gagasan seri karya ini, penulis mengkritisi fenomena tersebut. Penulis
menggunakan pendekatan seni sebagai representasi persoalan untuk
mengungkapkan speaker tanduk menjadi sebuah makna yang berkaitan dengan isu
sosial-politik yang sedang terjadi di masyarakat dan penulis menggunakan seni
sebagai pengetahuan. Penulis juga menggunakan seni intalasi interaktif sebagai
medium presentasi artistik dan new media art sebagai genre.
Dari formula tersebut, karya seni rupa kontemporer mampu untuk membuka
wawasan akan persoalan sosial-politik dan memancing pengetahuan yang bersifat
kognitif dan afektif.