Setiap manusia memiliki perasaan yang akhirnya menimbulkan rasa simpati dan
empati. Perasaan tersebut dapat hadir ketika mendengar berita duka atau melihat
kejadian yang secara visual membuat kita mempunyai rasa sedih, stress, dan marah,
dan perasaan lainnya yang meskipun bersifat tidak konkrit, namun dimiliki dan dapat
dirasakan setiap manusia lainnya. Pun bagi penulis, perasaan yang berperan dalam
pembentukan diri penulis tidak hanya berupa ruang-ruang riil dan konkrit saja.
Kehadiran perasaan juga memiliki peranan penting bagi penulis dalam memahami
esensi dari kemanusiaan.
Dalam gagasan karya ini, penulis ingin menggugah apresiator untuk lebih mempunyai
rasa empati terhadap hewan, karena hewan memiliki rasa sakit yang sama seperti
halnya manusia ketika dibunuh/ disiksa. Hal ini bukan berarti penulis melarang untuk
menyembelih/ mengkonsumsi hewan, tapi lebih kepada bagaimana manusia
dianalogikan sebagai hewan, lalu bagaimana manusia melihat hewan menonton
nasibnya dibantai, dan kemudian bagaimana manusia ketika melihat kejadian seperti
itu. Karya dibuat dengan medium video dan performans, dengan visual yang
dihadirkan ialah hewan menonton video, hewan yang dipilih adalah sapi, karena sapi
memiliki ukuran yang besar. Video pejagalan yang dihadirkan pun untuk memberikan
kesan seram dan sakit.
Pada pelaksanaan performans sapi diikat menggunakan tali dan lehernya diberi
penyangga untuk memposisikan kepala sapi tetap menghadap pada video pejagalan
yang ditampilkan. Dengan visual demikian seakan memaksa sapi itu untuk melihat
nasibnya dibantai, lalu bagaimana kita sebagai manusia melihat hal itu.