Biodigester merupakan salah satu contoh teknologi yang dapat mengolah sampah organik menjadi sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan bermanfaat. Biodigester menjadi pilihan pemerintah Kota Bandung untuk menyelesaikan permasalahan sampah organik perkotaan. Dalam pengelolaannya, umumnya dilakukan oleh masyarakat. Jenis biodigester yang beroperasi terdiri atas 75% biodigester rumah tangga dan 25% biodigester komunal. Penelitian ini didasari oleh dua hipotesis yaitu biodigester perorangan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan biodigester komunal serta kendala utama dalam pengelolaan biodigester terletak pada aspek teknis. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, statistika, dan perbandingan. Instrumen yang digunakan: observasi, wawancara, kuisioner dan uji laboratorium terhadap input-ouput dari biodigester. Informan atau partisipan yang digunakan berasal dari NGO (LPTT dan YSBB), pemerintah (PD. Kebersihan, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, dan BPLH Kota Bandung), dan pengguna biodigester. Dari penelitian ini diketahui, tipe biodigester rumah tangga yang masih banyak digunakan dengan persentase pemakaian 48,27% sedangkan masyarakat yang masih menggunakan biodigester komunal sebanyak 6,89%. Hambatan dalam penerapan biodigester ddipengaruhi oleh 3 aspek yaitu aspek teknis, aspek pendanaan, dan aspek kelembagaan. Untuk pengelolaan biodigester rumah tangga, kendala utama didominasi oleh aspek teknis sebesar 30,48% sedangkan dalam pengelolaan biodigester komunal terletak pada 3 aspek yaitu, aspek pendanaan 69,56%, aspek kelembagaan 43,47%, dan aspek teknis 43,78%.
Perpustakaan Digital ITB