digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak: Penggunaan sistem grid dalam suatu pemetaan untuk dapat menganalisa lebih detil sangat penting, sehingga perlu dibuat suatu metode pemetaan grid yang sederhana akan tetapi tidak melupakan keakuratan suatu peta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan metode yang digunakan oleh Suhadi dan Emerentiana (2009) yang menghasilkan inventarisasi beban emisi dalam skala batas administratif, ke bentuk pemetaan grid sehingga akan didapatkan metodologi pemetaan emisi skala meso dalam bentuk grid yang dapat diintegrasikan ke dalam skala nasional. Penelitian ini merupakan suatu pemetaan emisi di DKI Jakarta dengan resolusi grid 30Γƒβ€šΓ‚β€ (900m x 900m) dengan parameter emisi udara yang dipetakan berupa CO, HC, CO2, CH4, dan NOX dari sektor domestik (rumah tangga), kendaraan bermotor, industri dan pembangkit listrik (Suhadi dan Emerentiana, 2009). Pemetaan emisi ini menggunakan metode TopΓƒβ€šΓ‚β€“Down yang lebih sederhana pengerjaannya, dimana digunakan asumsiΓƒβ€šΓ‚β€“asumsi dalam perhitungan untuk mendapatkan beban emisi di tiap grid pada peta distribusi penduduk berdasarkan kelas lahan (Riqqi, 2009). Hasil dari pemetaan yang dilakukan menunjukkan untuk semua paramater pencemar udara, beban emisi terbesar berasal dari sumber kendaraan bermotor yang berpusat di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Studi inventarisasi emisi Suhadi dan Emerentiana menghasilkan beban emisi dalam skala administrasi sedangkan pada pemetaan grid 30Γƒβ€šΓ‚β€ dapat diketahui persebaran beban emisi secara lebih detail. Validasi ke dalam sistem grid hanya dilakukan pada sumber domestik, karena sumber domestik satu Γƒβ€šΓ‚β€“ satunya yang memiliki data yang lebih detil yaitu data jumlah penduduk pada tiap grid 5Γƒβ€šΓ‚β€ (150m x 150m) yang diagregasi ke grid 30Γƒβ€šΓ‚β€ sehingga bisa dibandingkan dengan grid 30Γƒβ€šΓ‚β€ metode Top Down. Perbedaan beban emisi antara metode Top Down dengan metode Bottom Up dipengaruhi antara lain penggunaan Peta Distribusi Populasi Penduduk DKI Jakarta,dimana perhitungan beban emisi yang berdasarkan jumlah penduduk tiap grid perlu disesuaikan dengan kelas lahan, dan diperlukannya faktor emisi sesuai dengan kondisi di Indonesia sertadata konsumsi bahan bakar pada tingkat lokal..