Serpihan-serpihan batuan yang dihasilkan akibat adanya penggerusan formasi oleh mata bit pada proses pemboran atau disebut cutting, harus disirkulasi ke permukaan karena jika dibiarkan tetap di dalam lubang, akan menghambat proses pemboran yang tengah dilakukan bahkan memberikan kerugian. Penurunan laju penetrasi akibat terganggu cutting yang mengendap di lubang bor merupakan salah satu contoh kerugian yang dihasilkan. Lumpur merupakan salah satu media untuk sirkulasi cutting ke permukaan, sifat fisik dari lumpur pemboran membantu untuk dapat membawa cutting bersama dengan aliran yang terjadi di lubang sumur. Salah satu jenis lumpur yang digunakan dalam proses pemboran adalah lumpur aerasi.
Lumpur aerasi merupakan lumpur yang dicampur dengan gas, dimana gas yang tercampur bertujuan untuk dapat menurunkan tekanan hidrodinamik yang terjadi di sepanjang annulus. Sifat fisik dari lumpur aerasi ini tidak mudah untuk ditentukan, teutama karena sifat gas yang mudah mampat (compressible) merupakan fungsi dari tekanan dan temperatur. Akibat kompresibitas gas tersebut, juga berpengaruh terhadap pola aliran yang terjadi juga berpengaruh terhadap kehilangan tekanan sepanjang aliran. Ekspansi gas menyebabkan kecenderungan gas untuk mengalir dengan laju yang relatif lebih cepat dibanding fasa cair. Perbedaan kecepatan aliran tersebutlah yang menyebabkan terjadinya pola aliran yang berbeda di sepanjang annulus.
Pada studi ini, analisis parameter-parameter pengangkatan cutting dilakukan dengan terlebih dahulu memodelkan aliran yang terjadi di sepanjang annulus lubang bor. Investigasi dilakukan untuk menentukan desain operasi dengan memperhatikan batasan tekanan pori dan kemampuan pembersihan lubang dari lumpur aerasi. Selain itu juga dilakukan sensitivitas dari parameter-parameter lain untuk kemudian disimpulkan pengaruhnya terhadap kemampuan pengangkatan cutting.