








Energi memainkan peranan yang sangat penting dalam semua sektor kehidupan (industry, transportasi, rumah tangga, komersil, dan lain-lain), sementara memasak adalah kegiatan utama yang rutin dilakukan di rumah tangga. Bahan bakar yang dominan digunakan adalah gas elpiji dan kayu bakar. Meningkatnya jumlah penduduk akan diiringi oleh meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar, yang akan berdampak pada peningkatan konsumsi energi dan peningkatan emisi CO2 (gas rumah kaca) ke atmosfer. Penggunaan kayu bakar yang masih cukup banyak di Kabupaten Bandung Barat sehingga perlu dilakukannya suatu kajian konversi bahan bakar dalam upaya penurunan jumlah pengguna kayu bakar, konsumsi energi dan emisi CO2 yang dihasilkan. Penelitian ini menyajikan analisis terhadap upaya optimalisasi penggunaan energi di sektor domestik (bahan bakar untuk memasak) dengan menggunakan bantuan perangkat lunak STELLA®. Penentuan pola konsumsi bahan bakar di Kabupaten Bandung Barat, Identifikasi terhadap komponen yang mempengaruhi pola konsumsi bahan bakar di rumah tangga, hingga membangun pemodelan sistem dinamik, merupakan tahapan metodologi dalam penelitian ini. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 85% KK di Desa Lembang menggunakan elpiji sebagai bahan bakar utama untuk memasak, sisanya menggunakan kayu bakar. Sementara di Desa Tenjolaut 63% KK menggunakan kayu bakar dan sisanya menggunakan elpiji. Adapun komponen utama yang mempengaruhi penggunaan jenis bahan bakar untuk memasak adalah pendapatan keluarga dan kedekatan lokasi dengan perkebunan/ hutan. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa pola konsumsi energi dari kedua desa memiliki kecenderungan untuk terus naik setiap tahunnya. Akan tetapi, jika diberikan skenario intervensi berupa pengurangan jumlah pengguna kayu bakar maka pola konsumsi energinya akan mengalami penurunan begitupun halnya dengan emisi CO2 yang dihasilkan. Di Desa Lembang, pada tahun 2025 diperkirakan nilai konsumsi energinya sebesar 437 TJ, setelah diberikan intervensi yang intensif maka dihasilkan penurunan konsumsi energi hingga menjadi 201 TJ. Di Desa Tenjolaut, konsumsi energi di tahun 2025 diperkirakan sebesar 391 TJ dan kemudian turun menjadi 278 TJ setelah diberikan intervensi. Emisi CO2 di Desa Lembang pada tahun 2020 diperkirakan akan berkurang sebesar 8.536 ton CO2, sementara Desa Tenjolaut diperkirakan total emisi CO2 nya akan berkurang sebesar 11.400 ton CO2 di tahun 2025. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Desa Lembang lebih cepat untuk mencapai program penurunan penggunaan kayu bakar.