







2015 TS PP ADE ESTI RAHMAYANTI 1-DAFTAR PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Alice D Ringkasan
Keterbatasan sumberdaya air tawar di daerah pesisir merupakan latar belakang dari pemanfaatan sumber air seadanya untuk memenuhi kebutuhan air keseharian masyarakat pesisir dengan cara mengambil sumber air lain yang lebih baik di lokasi yang jauh dengan harga yang mahal. Krisis air bersih untuk keperluan air baku air minum baik dari sisi kualitas, kuantitas, kontinuitas, serta kemudahan akses perolehan terhadap air bersih untuk keperluan sehari-hari, menjadikan isu ini sebagai salah satu permasalahan yang paling menonjol hampir di seluruh daerah pesisir. Hujan merupakan salah satu sumber air cuma-cuma yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk berbagai keperluan rumah tangga tidak terkecuali untuk keperluan air minum. Atap rumah merupakan komponen utama dalam sistem pemanenan air hujan, sehingga selain dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi kualitas air hujan, atap rumah juga memberikan pengaruh terhadap kualitas air hujan yang dipanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu panen air hujan ideal yang dilakukan pada dua kesempatan hujan: PAH 1 (sampel Tanggal 19 Pebruari 2015 dimana tidak terjadi hujan selama beberapa sebelumnya) dan PAH 2 (sampel Tanggal 24 Pebruari 2015 dimana hujan telah terjadi selama empat hari berturutturut); lokasi pemanenan air hujan ideal (daerah industri dan non industri); dan jenis atap ideal untuk melakukan pemanenan air hujan (asbes, seng dan genting tanah liat); serta tingkat keandalan air hujan di lokasi studi sebagai alternative sumber air untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Beberapa parameter uji kualitas air (pH, kekeruhan, suhu, TDS, Fluorida, Nitrit, Nitrat, Besi, Seng, Kadmium, Kromium, Kesadahan, Mangan, Sulfat, Klorida, Timbal) dianalisa dan hasilnya dibandingkan dengan standard baku mutu untuk air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Terdapat tujuh parameter kualitas air yang melebihi standard dari 16 parameter kualitas air yang dianalisa. Jenis bahan atap mempengaruhi kualitas air hujan terpanen dimana kualitas air hujan terpanen pada PAH 1 lebih baik daripada PAH 2. Kualitas air hujan di lokasi industri lebih buruk daripada lokasi non industry akibat dari kegiatan industri. Atap genting merupakan jenis atap yang paling ideal untuk melakukan pemanenan air hujan dengan konsentrasi satu macam logam berat yang melebihi standard, yaitu Timbal mencapai 2,0916 mg/L. Sedangkan atap seng merupakan jenis atap terburuk dengan empat macam logam berat yang melebihi standard, yaitu Besi (0,5506 mg/L); Kadmium (0,0204 mg/L); Mangan (10,6256 mg/L); dan Seng (4,7669 mg/L). Kuantitas air hujan dalam rangka penyediaan air minum melalui pemanenan air hujan ditunjukkan dengan tingkat keandalan atau reliabilitas (Re) melalui simulasi tampungan air hujan untuk kapasitas tangki 1 m3 dan 1,5 m3 menggunakan data hujan selama tiga tahun berturut-turut dan simulasi tersebut menunjukkan bahwa keandalan air hujan sebagai alternatif sumber air minum dan sumber air untuk memasak di lokasi studi bisa mencapai 88,50% dan 53,47% untuk kapasitas tangki 1 m3 dan tingkat keandalan air hujan sebagai alternatif sumber air minum sesuai dengan hasil survey bisa mencapai 95,53%. Sedangkan untuk kapasitas tangki 1,5 m3, tingkat keandalan air hujan sebagai alternatif sumber air minum dan sumber air untuk memasak serta alternatif sumber air minum sesuai dengan hasil survey bisa mencapai 92,43%; 60,68% dan 97,26%. Survey sosial ekonomi menunjukkan bahwa tidak banyak masyarakat menyadari manfaat penggunaan air hujan dan beberapa dari mereka bahkan memiliki kesalahpahaman tentang kualitas air hujan. Persepsi negatif mengenai pemanenan air hujan adalah bahwa pemanenan air hujan bukan merupakan hal yang umum dilakukan terutama di daerah dekat dengan perkotaan.