Penyakit infeksi mikroba hingga saat ini masih merupakan salah satu permasalahan global, terutama untuk masyarakat di negara-negara beriklim tropik. Permasalahan tersebut, salah satunya, disebabkan oleh berkembangnya resistensi mikroba terhadap obat-obat antibiotik yang tersedia. Dengan demikian, pencarian senyawa-senyawa baru yang bersifat antimikroba hingga kini tetap dilakukan. Lazimnya, sumber senyawa-senyawa yang bersifat antimikroba berasal dari produk biosintesis suatu mikroorganisme, akan tetapi akhir-akhir ini pencarian senyawa-senyawa tersebut dari sumber yang lain juga dilakukan, termasuk dari tumbuh-tumbuhan ataupun secara sintesis. Salah satu kelompok senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri adalah senyawa-senyawa turunan calkon, yang meliputi turunan-turunan flavanon, dihidrocalkon dan calkon itu sendiri. Beberapa contoh senyawa dari kelompok ini, seperti floretin (dihidrocalkon), 4- hidroksiderisin (calkon) dan eksiguaflavanon D (flavanon), telah dilaporkan memiliki sifat antibakteri yang kuat. Pada penelitian ini telah dilakukan isolasi dan sintesis berbagai senyawa turunan calkon serta kajian sifat antibakteri senyawa-senyawa tersebut terhadap delapan bakteri patogen. Sumber dihidrocalkon dan flavanon berasal dari ekstrak daun tumbuhan endemik Indonesia asal Kalimantan, yaitu Macaranga trichocarpa (Euphorbiaceae), sementara senyawa-senyawa turunan calkon diperoleh dengan cara sintesis dari berbagai turunan asetofenon dan benzaldehid. Bakteri patogen uji yang digunakan pada penelitian ini meliputi dua bakteri Gram-(+), yaitu Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, dan enam bakteri bakteri Gram-(-), yaitu Enterobacter aerogenes, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Shigella dysenteriae, Vibrio cholera, dan Salmonella typhi. Isolasi dihidrocalkon dan flavanon dari daun M. trichocarpa mengikuti metoda yang telah dilaporkan, yaitu meliputi tahapan ekstraksi dalam pelarut aseton, fraksinasi menggunakan kromatografi vakum cair dan kromatografi kolom silika gel yang dielusi dengan campuran pelarut n-heksan-EtOAc, dan pemurnian menggunakan kromatografi radial pada pelat silika gel yang dielusi dengan berbagai campuran pelarut yang sesuai. Metode sintesis senyawa turunan calkon dilakukan menggunakan reaksi Claisen-Schmidt. Satu turunan calkon lainnya yaitu turunan calkon-eugenol disintesis dengan melalui reaksi metatesis olefin. Struktur molekul senyawa hasil isolasi dan sintesis ditetapkan berdasarkan cara- cara spektroskopi, yang meliputi spekroskopi ultraviolet (UV), inframerah (IR), resonansi magnit inti (NMR) 1D (1H NMR dan 13C NMR) dan 2D (COSY, HMQC dan HMBC) serta spektroskopi massa (MS). Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode mikrodilusi, dengan keaktifan antibakteri dinyatakan sebagai nilai konsentrasi penghambatan minimum (MIC, Minimum Inhibition Concentration) dan nilai konsentrasi bakterisidal minimum (MBC, Minimum Bactericidal Concentration), keduanya dalam satuan ?g/mL. Penelitian ini telah berhasil memperoleh 21 senyawa turunan calkon yaitu makatrikokarpin A (1), makatrikokarpin B (2), makatrikokarpin C (3), makatrikokarpin D (4), oksimakatrikokarpin C (5), dan isomakatrikokarpin C (6),7-O-metilnaringenin (7) dan 4’,7-di-O-metilnaringenin (8), 2’-hidroksi-4,4’- dimetoksicalkon (9), 4-aliloksi-2’-hidroksi-4’-metoksicalkon (10), 4-aliloksi-2- hidroksi-4’-metoksicalkon (11), 4,4’-dialiloksi-2’-hidroksicalkon (12), 2’,4’,4- trimetoksicalkon (13), 4-aliloksi-2’,4’-dimetoksicalkon (14), 4’-aliloksi-2’,4- dimetoksicalkon (15), 4,4’-dialiloksi-2’-metoksicalkon (16), 2’-aliloksi-4,4’- dimetoksicalkon (17), 2’,4-dialiloksi-4’-metoksicalkon (18), 2’,4’-dialiloksi-4- metoksicalkon (19), 2’,4’,4-trialiloksicalkon (20) dan turunan calkon-eugenol (21). Senyawa 1, 2, 7 dan 8 merupakan senyawa turunan calkon dengan struktur dasar flavanon, senyawa 3-6 memiliki struktur dasar dihidrocalkon, sedangkan senyawa 9-21 merupakan senyawa-senyawa dengan struktur dasar calkon. Senyawa 1-8 berasal dari M. trichocarpa, sedangkan senyawa 9-21 merupakan hasil sintesis. Berdasarkan penelusuran literatur, senyawa 5, 6, 10, 14-18 dan 21 merupakan senyawa baru. Secara umum senyawa turunan calkon 1-21 memperlihatkan sifat antibakteri yang bervariatif dari lemah hinga kuat dengan nilai MIC 9,4 hingga > 150 ?g/mL. Berdasarkan nilai MIC tersebut senyawa turunan calkon dengan struktur dasar flavanon bersifat lebih aktif daripada senyawa turunan calkon lainnya (dihidrocalkon dan calkon). Senyawa turunan calkon dengan struktur dasar calkon memperlihatkan sifat antibakteri yang paling lemah. Adanya rantai samping unit isopren pada senyawa turunan calkon terlihat dapat meningkatkan aktivitas antibakterinya, akan tetapi oksigenasi pada rantai samping tersebut memberikan pengaruh sebaliknya. Adanya gugus –OH kelat tampaknya berperan dalam meningkatkan aktivitas antibakteri meskipun tidak secara signifikan. Hal ini terlihat ketika terjadi metilasi maupun alilasi pada gugus –OH kelat tersebut maka aktivitas antibakterinya menurun. Secara umum adanya perubahan gugus metoksi menjadi aliloksi pada posisi C-4’ ternyata dapat menurunkan aktivitas antibakterinya, sedangkan perubahan gugus metoksi menjadi aliloksi diposisi C-4 memperlihatkan pengaruh sebaliknya. Pada senyawa turunan calkon-eugenol (21) memperlihatkan sifat antibakteri yang lebih lemah dibandingkan dengan senyawa prekursornya (calkon atau eugenol).Sebagai kesimpulan, hasil penelitian ini telah berhasil mengisolasi dan mensintesis sembilan senyawa baru dari berbagai turunan calkon, bersama-sama dengan dua belas senyawa turunan calkon yang telah dikenal. Pada penelitian ini juga telah berhasil mengungkapkan sifat antibakteri dari 21 turunan calkon, serta hubungan struktur dan aktivitasnya. Hasil-hasil dari penelitian ini tentunya dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk pengembangan lebih lanjut pada pencarian dan pengembangan senyawa-senyawa baru yang bersifat antibakteri dari turunan calkon
Perpustakaan Digital ITB