Sejak 2009, Jakarta Biennale diselenggarakan sebagai pameran seni rupa
kontemporer dengan skala internasional untuk pertama kalinya. Sejak saat itu,
Jakarta Biennale menjadi sebuah peristiwa seni reguler yang dilaksanakan setiap
dua tahun sekali. Secara institusional, Jakarta Biennale dimulai dan menjadi
bagian dari program komite seni rupa Dewan Kesenian Jakarta sejak 1974.
Namun sejak 2014, sebuah yayasan dengan nama Yayasan Jakarta Biennale resmi
didirikan sebagai institusi di balik penyelenggaraan Jakarta Biennale dimulai pada
Jakarta Biennale 2015.
Penelitian ini memfokuskan pembahasan pada Jakarta Biennale 2013 yang
berjudul SIASAT (JB 2013 SIASAT). JB 2013 SIASAT hadir di tengah masa
transisi institusional Jakarta Biennale, dari Dewan Kesenian Jakarta ke Yayasan
Jakarta Biennale. Dari sisi artistiknya, JB 2013 SIASAT memberikan perhatian
khusus pada presentasi praktik seni berbasis komunitas. Dua pokok pembahasan
dalam penelitian ini menitikberatkan pada dua persoalan. Pertama, sebagai sebuah
studi pameran, penelitian ini menganalisis bagaimana “siasat” sebagai artikulasi
kuratorial JB 2013 SIASAT dimanifestasikan dalam penyelenggaraannya. Kedua,
penelitian ini menekankan pada analisis bagaimana seni berbasis komunitas
ditampilkan pada penyelenggaraan JB 2013 SIASAT. Penelitian ini menempatkan
partisipasi Moelyono dalam pameran ini melalui presentasi proyek seni berjudul
“Art Goes to Village Tactic” sebagai studi kasus.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah jenis penelitian
kualitatif, yang menempatkan pameran seni rupa sebagai objek kajiannya.
Sementara itu, metode analisis yang digunakan ialah Kajian Pameran atau
Exhibition Studies. Metode ini menguji pameran seni rupa kontemporer melalui
kajian dan analisis studi kasus yang terperinci, serta memeriksa perkembangan di
lapangan yang bersifat praktik, teoretis, kultural, dan sosio-politikal. Terkait
dengan keterlibatan penulis dalam penyelenggaraan JB 2013 SIASAT sebagai
salah satu asisten seniman, penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan
pendekatan etnografis, dengan observasi mendalam yang dilakukan oleh penulis
selama proses produksi dan penyelenggaraan pameran.
Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep siasat dalam JB 2013 SIASAT bukan
hanya menampilkan siasat-siasat warga melalui proyek seni atau praktik seni berbasis komunitas. Namun, konsep siasat juga digunakan sebagai salah satu
gagasan dalam bagaimana biennale ini dioperasikan secara manajemen. Dalam
penelitian ini, pernyataan mengenai penyelenggaraan biennale secara bottom-up
ini tidak terkait dengan ‘kepengarangan’ kuratorial. Alih-alih istilah bottom-up
dalam penyelenggaraan JB 2013 SIASAT menyiratkan sebuah penyelenggaraan
biennale yang diinisiasi oleh para pelaku seni kontemporer, atau oleh sebagian
kelompok seniman tertentu.
Berkaitan dengan model presentasi karya-karya dan proyek seni berbasis
komunitas, penelitian ini menunjukkan keberadaan tiga model presentasi secara
umum yang diimplementasikan oleh tim artistik JB 2013 SIASAT. Pertama,
dengan menghadirkan peristiwa seni di lokasi spesifik di tempat proyek seni
tersebut dilaksanakan. Kedua, dengan menghadirkan karya-karya proyek seni
tersebut di dalam pameran sebagai sebuah tindakan ‘mengekstrak’ dan ‘menghighlight’
dari peristiwa seni yang terjadi di lokasi spesifik karya dan proyek seni
terkait dihadirkan. Model ketiga ialah sebuah model presentasi yang
menghadirkan peristiwa seni di dalam ruang pameran.
Penelitian ini menampilkan sebuah analisis berkaitan dengan bagaimana artikulasi
kuratorial dalam JB 2013 dilaksanakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa JB
2013 SIASAT berpengaruh banyak pada bagaimana praktik seni berbasis
komunitas ditampilkan di dalam sebuah pameran berskala besar. Sebagai sebuah
peristiwa seni, proses 'mengekstrak' yang dilakukan oleh tim artistik JB 2013
SIASAT berpotensi mendistorsi praktik seni berbasis komunitas dalam sebuah
pameran. Dengan kata lain, proses 'pencanggihan' yang menjadi pernyataan
kuratorial dalam JB 2013 SIASAT, dalam beberapa lapisan justru berlaku sebaliknya