digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense merupakan salah satu penyakit paling berbahaya. Penyakit ini dapat diatasi dengan Trichoderma asperellum yang merupakan jamur indigen dari tanah perkebunan kelapa sawit yang dapat berperan sebagai agen biokontrol untuk G.boninense. Penelitian ini berfokus pada penentuan umur fermentasi dan penggunaan pelarut dalam ekstraksi senyawa metabolit sekunder serta evaluasi efektivitas dan daya hambatnya pada G.boninense. Tahap awal penelitian dimulai dengan menentukan umur inokulum yang tepat untuk produksi metabolit sekunder T.asperellum, dengan metode penghitungan jumlah spora dan pembuatan kurva viabilitas spora selama 72 jam pada medium PDA. Kemudian dilanjutkan dengan optimasi umur fermentasi yang dilakukan di medium PDB pada suhu 25oC dengan agitasi 120 rpm selama sepuluh hari dan di ambil supernatan setiap 24 jam. Optimasi ekstraksi metabolit sekunder dari supernatan hasil fermentasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair bertingkat menggunakan n-Hexan, Etil Asetat, dan air sebagai pelarut dengan perbandingan volume 1:1. Supernatan hasil fermentasi dan hasil ekstraksi kemudian diuapkan dan dilarutkan dalam DMSO 15% sebelum didifusikan ke dalam PDA (10% v/v) dan di uji in-vitro pada G.boninense. Hasil uji in-vitro pada optimasi umur fermentasi menunjukkan adanya aktivitas antifungi pada umur fermentasi 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 hari dengan aktivitas antifungi tertinggi ada pada umur 8 hari dengan daya hambat ekstrak kasar T.asperellum sebesar 29.6%. Hasil uji in-vitro pada optimasi ekstraksi menunjukkan daya hambat pada pelarut n-Hexan sebesar 9.24%, pelarut Etil Asetat sebesar 1.2% dengan aktivitas antifungi tertinggi terdapat pada pelarut air dengan daya hambat ekstrak kasar T.asperellum sebesar 18.6%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas antifungi tertinggi dihasilkan oleh ekstrak dengan umur fermentasi delapan hari dengan daya hambat 29.6% dan ekstraksi menggunakan pelarut air dengan daya hambat 18.6%.