PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia dengan kapasitas proses maksimum 300.000 ton per hari. Seperti halnya industri pertambangan lainnya, biaya pengadaan peralatan beserta perawatannya merupakan elemen utama kegiatan
operasionalnya. Aktivitas perawatan yang tepat sangat penting untuk memaksimalkan ketersediaan dan produktivitas peralatan. Seiring terjadinya krisis ekonomi saat ini PTFI harus melakukan efisiensi biaya produksinya, termasuk aktivitas perawatan dengan mengevaluasi efektivitas kegiatan outsourcing yang selama ini dilakukan di dalamnya. Proses pengelolaan outsourcing akan berdampak pada keluaran organisasi yang dihasilkan. Beberapa perusahaan terkadang gagal mencapai keuntungan yang diharapkan dengan melakukan outsourcing karena hanya mempertimbangkan faktor finansial saja tanpa melihat implikasi lainnya. Aspek-aspek yang dapat mempengaruhi efektivitas pengelolaan outsourcing antara lain: proses kerja yang efektif, sumber daya yang handal, kemampuan dari kontraktor yang digunakan,
identifikasi pelanggan yang baik, serta adanya sistem pengukuran kinerja yang diintegrasikan antara kepentingan pelanggan dan visi/misi departemen. Dari semua aspek yang berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan outsourcing, ditemukan bahwa ketiadaan suatu sistem pengukuran kinerja menyebabkan proses yang selama ini dilakukan Departemen Maintenance belum dapat dievaluasi untuk mendapatkan umpan balik maupun perbaikan pengelolaan outsourcing ke depannya. Melalui penelitian ini dilakukan suatu perancangan alat pengukuran manajemen kinerja untuk mengevaluasi pengelolaan dan kinerja kontraktor menggunakan pendekatan Integrated Performance Measurement System (IPMS). Kerangka kerja yang digunakan menampilkan model
yang terintegrasi dalam mengevaluasi kinerja outsourcing atau pengelolaan kontraktor di departemen maintenance. Sistem pengukuran kinerja ini menghasilkan indikator pencapaian keluaran organisasi, yaitu kesesuaian biaya dengan anggaran, kepatuhan terhadap keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup, ketersediaan dan produktivitas peralatan yang tinggi, serta kepatuhan pada proses kontrak perusahaan. Pemetaan kinerja pada proses internal dan kinerja individu dilakukan guna menelusuri pengaruh kinerja pada masing-masing pihak terhadap keluaran organisasi. Agar sistem manajemen kinerja yang diajukan dapat diimplementasikan dengan baik, diperlukan peran serta dari berbagai pihak terkait dan tahapan implementasi yang jelas dalam jangka waktu
yang terukur. Proyek uji coba yang diajukan berdurasi 3 bulan dan akan dievaluasi implementasinya pada akhir tahun 2009.