Penelitian kesiapan fasilitas teknis Indonesia dilakukan untuk mengetahui kesiapan Indonesia untuk memberikan pelayanan lalu-lintas penerbangan di wilayah udara sektor A dan C. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan data teknis
yang dimiliki Indonesia untuk sektor A dan C. Sumber data penelitian adalah Direktorat Navigasi Penerbangan, Direktorat Telekomunikasi Penerbangan, Direktorat Lalu-lintas Penerbangan, Direktorat Angkutan Udara Departemen
Perhubungan, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta.
Penelitian diawali dengan pendataan peralatan Komunikasi, Navigasi, dan Surveillance / pengamatan serta data penunjang lainnya seperti unit SAR (Search and Rescue), data statistik jumlah penerbangan, laju BOS (Breakdown Of
Separation), laju BOC (Breakdown Of Coordination).
Metode yang digunakan untuk menentukan kesiapan teknis Indonesia adalah analisis deskriptif komparatif, analisis statistik BOS dan BOC terhadap acuan standar layanan lalu-lintas udara yang disepakati ICAO maupun Indonesia.
Penelitian ini juga mengkaji biaya dan manfaat pengambil-alihan tanggungjawab pelayanan di sektor A dan C ini dengan membandingkan biaya dan keuntungan dari pemasangan peralatan dan pendidikan/pelatihan personil yang akan melayani. Kelayakan investasi dan upaya ini dilakukan dengan menghitung Payback period dan IRR (Interest Rate of Return).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari segi teknis Indonesia sudah mampu untuk dapat memberikan pelayanan lalu-lintas penerbangan di wilayah udara sektor A dan C. Besarnya estimasi Cost (biaya) yang diinvestasikan di tahun 2009 sebesar Rp.41.568.500.000,- dan Benefit (keuntungan) sebesar Rp.10.843.893.500,-. Payback period diperkirakan dalam waktu 4 tahun, dengan nilai IRR (r) sebesar r = 14,47 %, angka tersebut dinyatakan baik, selanjutnya investasi layak dan baik dilakukan.