Studi oleh Wiwid Angraini (ITB, 2001) ini meneliti fusi protoplas antara Vigna radiata var. radiata (hipokotil) dan Vigna radiata var. sublobata (daun) untuk mendapatkan hasil fusi tertinggi dan mengamati perkembangannya. Isolasi protoplas dilakukan secara enzimatis. Fusi diinduksi dengan tiga jenis larutan PEG (P1, P2, P3). Larutan P2 (33% PEG, 1,8% sukrosa, 1mM KH2PO4, 10mM CaCl2.2H2O) menghasilkan persentase fusi tertinggi (15,27%). Pengamatan DAPI menunjukkan variasi jumlah inti sel hasil fusi: uninukleat (58,82%), binukleat (18,23%), dan multinukleat (22,95%). Viabilitas awal protoplas hasil fusi relatif tinggi. Pembentukan dinding sel terjadi setelah 8 jam (protoplas induk) dan 24 jam (protoplas fusi). Pembelahan sel pertama terjadi pada hari ke-2 (hipokotil) dan hari ke-3 (daun & fusi). Kemampuan pembentukan koloni protoplas fusi (0,32) lebih rendah dibandingkan protoplas hipokotil (3,11) dan daun (4,28). Disimpulkan bahwa larutan P2 efektif menginduksi fusi protoplas, dan hasil fusi mampu beregenerasi menjadi mikrokoloni. Kata kunci: Vigna radiata, fusi protoplas, PEG.