Kajian literatur ini membahas penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kelayakan teknis dan ekonomis sistem hibrida PLTS/PLTD/BESS pada mikrogrid, dengan fokus pada potensi peningkatan efisiensi energi, penurunan biaya operasional, dan pengurangan emisi karbon dibandingkan sistem PLTD konvensional. Berbagai studi kasus di berbagai lokasi, termasuk Nigeria, Taiwan, Aljazair, dan Indonesia, menunjukkan bahwa konfigurasi hibrida PLTS/BESS/PLTD lebih ekonomis, ramah lingkungan, dan handal. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan perangkat lunak seperti Homer Pro, PVsyst, dan Digsilent PowerFactory untuk simulasi dan analisis, yang secara konsisten menyimpulkan bahwa integrasi PLTS dan BESS dapat mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 30%, meningkatkan penetrasi energi terbarukan, dan menurunkan LCOE secara signifikan. Potensi energi matahari di Indonesia yang melimpah mendukung pengembangan PLTS, meskipun masih ada tantangan terkait biaya instalasi dan kebijakan yang belum optimal. Teknologi photovoltaic (PV) yang memungkinkan konversi langsung cahaya matahari menjadi listrik, mengalami evolusi yang signifikan dari generasi pertama hingga keempat, dengan fokus pada peningkatan efisiensi dan penurunan biaya. Komponen utama PLTS terdiri dari modul PV, inverter, dan komponen Balance of System (BOS), yang bekerja sinergis untuk menghasilkan listrik surya. Jenis instalasi PLTS dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi penempatannya, yaitu ground-mounted, atap, dan terapung. Performance Ratio (PR) merupakan salah satu indikator utama untuk menilai kinerja PLTS. Battery Energy Storage System (BESS) berperan penting dalam sistem hibrida untuk menstabilkan jaringan dan mengoptimalkan efisiensi total sistem. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) bekerja berdasarkan prinsip pembakaran internal dan memiliki Specific Fuel Consumption (SFC) sebagai ukuran efisiensi konsumsi bahan bakar. Mikrogrid merupakan jaringan listrik skala kecil yang mencakup pembangkit terdistribusi dan beban lokal, bertujuan mendukung distribusi daya yang lebih efisien. Untuk simulasi sistem hibrida, PVSyst digunakan untuk desain dan analisis kinerja sistem PV, Homer Pro untuk mengoptimalkan sistem pembangkit listrik hibrida, dan Digsilent Power Factory untuk pemodelan dan analisis stabilitas teknis sistem tenaga. Kelayakan keekonomian diukur dengan indikator seperti Renfrac, NPC, LCOE, NPV, IRR, ROI, dan PP. Aturan jaringan sistem tenaga listrik di Indonesia diatur oleh Kementerian ESDM untuk menjaga keandalan dan kualitas sistem tenaga listrik nasional, khususnya dalam hal frekuensi dan tegangan.