Analisis portofolio pinjaman Bank Permata menunjukkan bahwa pinjaman bisnis mendominasi, dengan pertumbuhan kredit tahun 2024 sebesar 9,6%, sedikit di bawah rata-rata industri. Bank fokus pada keseimbangan antara perbankan korporasi dan konsumen, dengan pinjaman non-konsumen menyumbang 81% dari total portofolio. Sektor manufaktur dan perantara keuangan menjadi kontributor utama, sementara sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 8,95% dari total portofolio pinjaman. Strategi keberlanjutan Bank Permata mencakup kebijakan dan kerangka kerja yang selaras dengan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB) 2024-2028, serta penerapan Taksonomi Hijau Indonesia (THI) dan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI). Analisis terhadap empat perusahaan batu bara menunjukkan peningkatan signifikan dalam total pinjaman bank sejak tahun 2020, dengan Bank Permata sebagai salah satu pemberi pinjaman. Proyeksi keuangan menunjukkan potensi penurunan dalam saldo pinjaman dan pendapatan bunga dari sektor batu bara, namun peluang besar dalam mobilisasi deposit. Bank perlu menyeimbangkan pengurangan eksposur sektor batu bara dengan mempertahankan aliran deposit dari nasabah batu bara. Bank Permata tampaknya menyadari hal ini, seperti yang diungkapkan dalam laporan keberlanjutannya, dan secara aktif mengelola risiko terkait dengan ketidakstabilan deposit. Analisis skenario menunjukkan bahwa pengurangan eksposur pinjaman batu bara memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dalam jangka pendek, dengan potensi kumulatif kerugian pendapatan bunga yang dapat dimitigasi. Pemindahan eksposur ke sektor lain dengan klasifikasi yang lebih tinggi akan berdampak positif dalam jangka panjang dengan kepatuhan terhadap peraturan, reputasi, dan risiko pasar.