Bab ini menjelaskan metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini, yang menganggap kota sebagai organisme hidup dengan elemen fisik (infrastruktur, arsitektur) dan kualitas tak berwujud (interaksi sosial, vitalitas komunitas). Penelitian ini menggunakan "research onion" Saunders et al. (2009) sebagai panduan, yang menekankan pada filosofi penelitian (ontologi dan epistemologi) sebagai lensa untuk memahami dunia. Ontologi mempertimbangkan sifat realitas sosial (objektivisme vs. konstruksionisme), sementara epistemologi membahas apa yang dianggap sebagai pengetahuan yang dapat diterima (positivisme, realisme, interpretivisme). Penelitian ini mengadopsi pendekatan induktif dan deduktif, menggunakan metode kualitatif (wawancara, observasi) dan kuantitatif (model logika) untuk mengeksplorasi indikator kota kreatif dan hubungannya dengan kapitalisme kognitif-kultural. Soft Systems Methodology (SSM) diterapkan untuk memahami berbagai perspektif pemangku kepentingan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: studi eksploratif, deskriptif, dan eksplanatori, dengan studi kasus Bandung. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi. Analisis data memperhatikan unit analisis yang berbeda untuk setiap subsistem (budaya, kreativitas, ekonomi kreatif). Reliabilitas ditingkatkan melalui triangulasi, dan validitas melalui deskripsi tebal. Etika penelitian juga diperhatikan dalam pengumpulan, analisis, dan pelaporan data, dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip menghormati orang, manfaat, dan keadilan.