Disertasi ini mengusulkan model pembangunan kota kreatif di Bandung, Indonesia, menggunakan pendekatan Soft Systems Methodology (SSM), yang disesuaikan dengan konteks non-Barat. Penelitian ini menggabungkan orientasi basis budaya (seni, sumber daya budaya, komunitas kreatif, inklusi sosial, dan kapabilitas akar rumput) dan basis ekonomi (kelas kreatif, industri kreatif, ruang kreatif, regenerasi urban, dan kebijakan kota) ke dalam model sistemik yang unik. Secara teoritis, penelitian ini berkontribusi pada teori perkotaan dengan menunjukkan bagaimana SSM mensintesiskan faktor-faktor kompleks menjadi model kota kreatif yang koheren, serta mengaitkan kapitalisme kognitif budaya dengan lanskap sosio-ekonomi Bandung. Secara praktis, model yang divalidasi menyediakan kerangka kerja yang konkret bagi pemangku kepentingan kota untuk pengambilan keputusan strategis, dengan fokus pada optimalisasi sinergi antara teknologi dan sektor kreatif, inklusi, pengembangan kapabilitas akar rumput, dan pembuatan kebijakan yang terintegrasi untuk mencapai pembangunan kota kreatif yang berkelanjutan.