Penelitian ini menganalisis kinerja jaringan angkutan umum di Kota Bandung, khususnya bus TMB sebagai angkutan utama, dengan fokus pada jumlah penumpang per jam dan nilai load factor. Berdasarkan SK Dirjen Perhubungan Darat, standar operasional yang baik untuk bus besar adalah minimal 90-108 penumpang/jam per kendaraan dan load factor 70%. Selain itu, waktu tempuh perjalanan maksimal 2 jam menjadi acuan perubahan trayek. Evaluasi dilakukan pada kondisi eksisting (2017) dan proyeksi (2020) dengan dua skenario: tanpa perubahan trayek dan penambahan tiga trayek baru. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa penambahan trayek baru meningkatkan jumlah penumpang TMB, tetapi tidak semua trayek memenuhi standar load factor. Untuk meningkatkan kinerja TMB, dilakukan simulasi rerouting angkutan umum eksisting (angkot, bus Damri, angkutan perbatasan) dengan tiga skenario. Skenario terbaik adalah rerouting terpadu yang mengubah fungsi angkot dan angkutan perbatasan menjadi feeder bagi TMB, sehingga terjadi peningkatan signifikan jumlah penumpang TMB dan peningkatan nilai load factor bus TMB pada beberapa trayek yang ada. Meskipun rerouting meningkatkan kinerja TMB, beberapa trayek masih di bawah standar dan perlu optimasi lebih lanjut, seperti pengaturan headway dan tarif, serta pembuatan jalur khusus. Rerouting juga berdampak pada kinerja angkutan umum lain, yang sebagian mengalami penurunan signifikan jumlah penumpang, yang disebabkan oleh perannya sebagai feeder pada skenario perbaikan.