Penelitian ini menyimpulkan bahwa proses pembuatan aspal foaming dengan menyuntikkan air ke aspal panas memungkinkan pencampuran dengan agregat pada suhu lebih rendah, namun memiliki waktu foaming (half-life) yang singkat dan memerlukan penentuan kadar air optimum (OWC) yang tepat. Penggunaan foaming asbuton sebagai dasar Warm Mix Asphalt (WMA) memungkinkan produksi campuran AC-WC pada suhu lebih rendah, tetapi menyebabkan penurunan kepadatan, modulus, dan ketahanan fatigue dibandingkan Hot Mix Asphalt (HMA). Nilai Resilient Modulus (MR) WMA lebih rendah dari HMA, tetapi WMA asbuton menunjukkan MR lebih tinggi pada suhu rendah dibandingkan WMA aspal pen. 60/70, meskipun sensitif terhadap perubahan suhu. Campuran WMA dengan teknologi foaming menunjukkan umur lelah (fatigue life) yang lebih rendah dari HMA, terutama pada asbuton. Saran untuk penelitian selanjutnya meliputi penggunaan parameter baru dalam penentuan kadar air optimum, uji viskositas setelah foaming, dan analisis perubahan parameter volumetrik akibat proses foaming.