Ringkasan:
Penelitian ini menyoroti fenomena hyperdiversity di studio desain Indonesia, yang ditandai dengan percampuran beragam latar belakang suku, bahasa, watak, kebiasaan, dan nilai. Profesor Masato Fukushima menyebutnya sebagai "the Myra of Bhinneka Tunggal Ika," menekankan kompleksitas dan keistimewaan kemajemukan Indonesia. Penelitian ini menyanggah gagasan desainer individualistik, menekankan pentingnya kolaborasi dan kecocokan ekosistemik sebagai fondasi keberlanjutan. Modernitas seringkali memaksakan skema tunggal, namun penelitian ini menemukan bahwa resiliensi lahir dari kemajemukan, bukan homogenisasi. Proses kreatif di studio melibatkan penggabungan elemen heterogen, baik manusia, objek, ide, maupun konteks, secara simultan. Modul "Osmosis" dirancang untuk memetakan keragaman, mengevaluasi konsistensi nilai, dan mendesain ulang studio sebagai ekosistem kerja yang adil, dengan tujuan mempengaruhi kebijakan dan tata kelola kemajemukan dalam studio desain serta memberikan aspirasi bagi diskusi tentang ideologi Indonesia ke depan. Pengujian modul ini di beberapa studio menunjukkan antusiasme dan kesadaran akan pentingnya keterbukaan, meskipun juga memunculkan konflik akibat perbedaan nilai. Dialog yang dihasilkan memicu kesadaran akan keterposisian diri dan kebutuhan akan integrasi sosial, dengan harapan agar desain dapat berperan lebih besar dalam mengubah persepsi nilai dan meningkatkan kualitas hidup.