Teks ini merupakan riset yang belum dipublikasikan mengenai strategi bisnis sebuah perusahaan bernama Lestari dalam menghadapi tantangan di industri konstruksi pada tahun 2025, khususnya dalam melayani pelanggan utama mereka, yaitu lembaga infrastruktur pemerintah daerah. Riset ini melibatkan wawancara dengan berbagai pihak, termasuk kepala departemen di lembaga pemerintah daerah, direktur, kepala komisaris, kepala operasional Lestari, pemasok, subkontraktor, dan perusahaan pesaing.
Tantangan utama yang dihadapi antara lain:
* Persaingan yang ketat di industri konstruksi, terutama dengan sistem e-katalog yang memudahkan perusahaan lain untuk ikut serta dalam proyek pemerintah.
* Keterbatasan sumber daya manusia dan kompetensi yang berbeda-beda.
* Kendala dalam pembebasan lahan untuk pembangunan jalan baru.
* Potensi penundaan pekerjaan akibat penyesuaian sistem pengadaan baru.
* Potensi vendor yang tidak memprioritaskan kualitas karena sistem penentuan harga terendah.
* Kondisi tanah yang lunak di wilayah pesisir yang memerlukan stabilisasi tanah.
* Kesulitan finansial yang dialami oleh perusahaan induk Lestari (PT Bangun) akibat kelebihan pasokan.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Lestari mengembangkan dua solusi utama:
1. **Stabilisasi Tanah:** Solusi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas subgrade sehingga lapisan di atasnya bisa lebih tipis, memungkinkan pembangunan jalan yang lebih panjang dengan anggaran yang sama. Solusi ini menggunakan metode _value-based pricing_.
2. **Perbaikan Beton:** Solusi ini menawarkan survei awal untuk mengidentifikasi potensi kerusakan pada struktur jembatan dan jalan layang, serta perbaikan beton yang komprehensif. Solusi ini menggunakan metode _cost-plus pricing_.
Strategi Lestari untuk mencapai visi dan misi mereka (meningkatkan pendapatan dan margin keuntungan) meliputi:
* Memulihkan kejayaan lembaga infrastruktur pemerintah daerah sebagai pelanggan utama.
* Meningkatkan penjualan dengan fokus pada pasar pembangunan jalan dan jembatan baru.
* Menekan biaya operasional dan subkontraktor.
* Mengkomersialkan dua solusi (stabilisasi tanah dan perbaikan beton) untuk lembaga infrastruktur pemerintah daerah.
* Mematenkan hasil riset dan pengembangan material stabilisasi tanah dan perbaikan beton.
* Memaksimalkan sumber daya manusia internal dan melakukan outsourcing untuk pekerjaan non-inti.
* Mengadopsi _value-based pricing_ untuk solusi stabilisasi tanah dan _cost-plus pricing_ untuk solusi perbaikan beton.
* Menjaga hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui kunjungan rutin, acara khusus, dan pemberian kesempatan kepada pelanggan untuk memberikan testimoni.
* Mengembangkan SOP (Standard Operating Procedures) untuk meningkatkan kompetensi SDM dan pengendalian proyek.
Pihak lembaga infrastruktur pemerintah daerah mengharapkan Lestari untuk:
* Memberikan solusi inovatif dengan biaya yang lebih rendah, waktu pengerjaan yang lebih cepat, dan kualitas yang baik.
* Menjaga kualitas pekerjaan dan memberikan hasil yang memuaskan.
* Menjalin komunikasi yang baik dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
Pemasok Lestari menyatakan kesiapan untuk mendukung Lestari dengan memberikan harga yang kompetitif dan ketersediaan material yang cepat. Subkontraktor siap mendukung dengan menyediakan tenaga kerja yang kompeten dan mengikuti pelatihan khusus untuk mengoperasikan peralatan yang terkomputerisasi.
Perusahaan pesaing mengakui ketatnya persaingan dan mencoba menekan biaya dengan meminimalkan pekerja dan mencari material yang lebih murah. Mereka juga mengakui bahwa banyak kontraktor hanya mengikuti spesifikasi tanpa mencari alternatif material yang lebih baik.
Secara keseluruhan, riset ini menggambarkan upaya Lestari untuk beradaptasi dengan tantangan industri konstruksi yang berubah dan memberikan solusi inovatif yang memenuhi kebutuhan pelanggan mereka. Riset ini juga menyoroti pentingnya inovasi, efisiensi biaya, dan hubungan yang baik dengan pelanggan dan mitra bisnis untuk mencapai keberhasilan di pasar yang kompetitif.