Tesis Najmi Nabila Sugiarto di ITB, Januari 2025, mengevaluasi dan merehabilitasi seismik gedung perkantoran eksisting yang dirancang berdasarkan SNI 1726-2002. Evaluasi dilakukan menggunakan ASCE 41-17, standar untuk bangunan eksisting, karena SNI terbaru (1726-2019) memiliki persyaratan gempa dan kuat tekan beton yang lebih tinggi. Tujuannya adalah menentukan apakah bangunan tersebut masih aman dan menemukan solusi rehabilitasi yang memenuhi standar ASCE 41-17.
Metode rehabilitasi yang digunakan adalah kombinasi Lead Rubber Bearing (LRB) untuk meningkatkan ketahanan global dengan mengurangi gaya geser dasar dan Carbon Fiber Reinforced Polymer (CFRP) untuk memperkuat elemen lokal seperti kolom dan balok. Pemodelan dilakukan dengan ETABS, menggunakan analisis respon spektrum dan pushover.
Analisis respon spektrum digunakan untuk preliminary check dengan mengevaluasi Demand Capacity Ratio (DCR). Analisis pushover mengevaluasi kinerja inelastik struktur, menghasilkan kurva kapasitas yang dibandingkan dengan kurva demand gempa dalam format ADRS (Acceleration Displacement Response Spectrum). Titik potongnya (Performance Point) digunakan untuk menilai tingkat sendi plastis sesuai ASCE 41-17.
Evaluasi dilakukan pada dua tingkat gempa: BSE1E (225 tahun) dan BSE2E (975 tahun). Selain DCR dan sendi plastis, juga dievaluasi persyaratan Strong Column-Weak Beam (SCWB). Hasil awal menunjukkan banyak elemen tidak kuat menahan beban gempa, dengan DCR yang tidak memenuhi dan sendi plastis melebihi batas.
Pemasangan LRB meningkatkan kapasitas, mengurangi sendi plastis, dan meratakan deformasi. Namun, beberapa elemen masih belum memenuhi SCWB dan batasan sendi plastis, sehingga diperlukan CFRP. Kombinasi LRB dan CFRP menghasilkan peningkatan ketahanan yang memadai, memenuhi persyaratan ASCE 41-17.
Sebelum perkuatan, DCR pada 276 balok dan 123 kolom melebihi 1. Analisis pushover menunjukkan sendi plastis CP (Collapse Prevention) yang melampaui batas untuk gempa BSE2E, mengindikasikan kegagalan. Setelah LRB, elemen dengan DCR tidak memenuhi berkurang signifikan dan struktur berada pada level fully operational pada BSE1E. Namun, pada BSE2E masih terdapat beberapa sendi plastis yang melampaui CP.
Setelah pemasangan CFRP pada kolom yang tidak memenuhi SCWB dan elemen dengan DCR tidak memenuhi/sendi plastis melebihi batas, semua elemen memenuhi DCR. Level kinerja untuk BSE1E tetap fully operational, dan untuk BSE2E, sendi plastis CP berhasil dieliminasi, memenuhi kriteria ASCE 41-17. Strategi ini memberikan keamanan memadai tanpa peningkatan kuat tekan beton menyeluruh, menyoroti pentingnya standar khusus untuk bangunan eksisting.