Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reaksi pasar saham Indonesia terhadap fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO) menggunakan metodologi event study. Pendekatan kuantitatif diterapkan dengan data sekunder harian dari 2 Januari 2023 hingga 30 Januari 2024, meliputi harga saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yield obligasi pemerintah 10 tahun. Data saham Nasi.JK, Hoki.JK, dan JKSE (Indeks Harga Saham Gabungan) diperoleh dari Yahoo Finance, sementara yield obligasi dari BEI. JKSE dipilih karena representasi luasnya terhadap kinerja pasar saham Indonesia, sesuai dengan studi internasional serupa yang menggunakan indeks pasar global untuk mengukur dampak fenomena iklim. Analisis data didasarkan pada Efficient Market Hypothesis Fama, dengan pengujian random walk (Augmented Dickey-Fuller/ADF dan Phillips-Perron/PP) untuk efisiensi bentuk lemah, dan event study untuk efisiensi bentuk semi-kuat, difokuskan pada abnormal return. Event study menggunakan metode Ball and Brown, dengan periode estimasi 250 hari dan event window 20 hari. Periode event difokuskan pada peringatan awal dan konfirmasi El Nino 2023 oleh BMKG, dengan tanggal kunci 12 Mei 2023 (awal peringatan), 14 Juni 2023 (konfirmasi El Nino), dan 17 Juli 2023 (akhir window). Analisis melibatkan perhitungan actual return, expected return (berdasarkan CAPM dengan risk-free rate dan beta), abnormal return (selisih actual dan expected return), dan Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) untuk mengukur dampak El Nino. Market Risk Premium(MRP) dihitung dari selisih return JKSE dan yield obligasi pemerintah. Signifikansi hasil akan diuji menggunakan paired t-test untuk membandingkan abnormal return sebelum dan sesudah El Nino pada tingkat kepercayaan 90%, 95%, dan 99%. Analisis SOI dan SST dari Biro Meteorologi Australia mendukung penentuan kondisi El Nino selama periode penelitian. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang bagaimana pasar merespon perubahan lingkungan global.