Teks ini membahas hasil relokasi hiposenter gempabumi di Sulawesi dan pemodelan struktur kecepatan seismik gelombang P menggunakan data relokasi tersebut. Berikut ringkasannya:
**Relokasi Hiposenter Gempabumi:**
* Relokasi hiposenter menggunakan program Teletomodd menunjukkan episenter gempabumi cenderung bergeser mendekati sesar aktif dan zona subduksi.
* Jenis gempabumi di Sulawesi didominasi oleh gempabumi dangkal di darat dan gempabumi dalam di laut.
* Analisis seismisitas dilakukan pada beberapa area, termasuk sesar Palu Koro, sesar Matano, sesar Mamuju, lengan timur Sulawesi, dan utara Sulawesi.
* Seismisitas tertinggi di lengan selatan Sulawesi disebabkan oleh sesar Mamuju dan deformasi kompresi.
* Relokasi menghilangkan fix depth pada kedalaman 10 km dari katalog BMKG.
* Persebaran gempabumi di barat dan selatan Sulawesi didominasi oleh gempabumi dangkal (0-50 km), sedangkan di timur dan utara didominasi gempabumi dalam, terutama di zona subduksi.
* Histogram menunjukkan perubahan signifikan dalam distribusi kedalaman hiposenter setelah relokasi.
* Lokasi hiposenter sebelum relokasi menggunakan model kecepatan 1D IASP91, yang tidak mengakomodasi variasi horizontal akibat slab subduksi dan fitur geologi lainnya.
* Peta episenter menunjukkan cluster gempabumi di beberapa area di Sulawesi, didominasi oleh gempabumi dangkal hingga menengah (5-100 km).
* Diagram rose menunjukkan pergerakan episenter dominan ke arah barat laut dan tenggara, dipengaruhi oleh distribusi stasiun dan kondisi tektonik kompleks.
* Aktivitas sesar Palu Koro mengakibatkan tingginya seismisitas di Sulawesi Tengah, termasuk gempabumi M 7.6 tahun 2018 yang memicu tsunami.
* Gempabumi swarm terjadi di Mamasa setelah gempa Palu 2018, kemungkinan dipicu oleh tegangan statis dari sesar Palu Koro.
* Di Mamuju dan Majene, sebagian episenter gempabumi berada di sekitar sesar Mamuju, dengan kedalaman hiposenter 5-10 km.
* Pulau Unauna memiliki seismisitas tinggi karena posisinya di antara sesar aktif di lengan timur Sulawesi, termasuk sesar Balantak.
* Sesar Matano, meskipun rendah aktivitas gempabumi besar, perlu diwaspadai karena kompleksitas morfologinya.
* Sulawesi Utara memiliki seismisitas tinggi akibat sesar lokal dan subduksi lempeng laut Sulawesi.
* Lengan timur Sulawesi memiliki seismisitas tinggi dengan hiposenter gempabumi dari 5-200 km, dipengaruhi oleh sesar darat dan subduksi.
**Pemodelan Struktur Kecepatan Seismik Gelombang P:**
* Data relokasi digunakan dalam inversi tomografi untuk menghasilkan struktur kecepatan gelombang P yang menggambarkan struktur tektonik daerah penelitian.
* Uji resolusi checkerboard dilakukan untuk menguji resolusi model.
* Hasil inversi tomografi menunjukkan variasi anomali kecepatan positif (kepadatan tinggi) dan negatif (kepadatan rendah/partial melting).
* Anomali struktur kecepatan negatif hampir di seluruh wilayah Sulawesi bagian barat dan tengah, akibat busur vulkanik di bawah Sulawesi bagian barat dan tengah
* Pada kedalaman 60 km - 80 km di wilayah lengan utara Sulawesi, anomali kecepatan negatif berubah menjadi anomali kecepatan positif
* Penampang vertikal di bawah sesar Palu Koro memperlihatkan anomali kecepatan negatif di bagian barat sesar.
* Di bawah Mamuju dan Majene tercitrakan anomali kecepatan negatif yang kemungkinan merupakan kerak benua dari Sundaland
* Hasil inversi tomografi di bawah sesar Matano menunjukkan anomali kecepatan negatif menjadi positif di 50 km sebelum sesar
* Penampang vertikal di bawah subduksi laut Sulawesi menunjukkan kontras anomali positif dari kedalaman 0 sampai 150 km dan anomali negatif dibawahnya