Industri teknologi pendidikan (EdTech) mengalami pertumbuhan pesat dalam lima tahun terakhir, dengan peningkatan signifikan dalam investasi, transaksi, dan pendapatan. Di Indonesia, sektor EdTech berkembang pesat, terutama dalam enam tahun terakhir seiring dengan penetrasi internet. Namun, industri ini memiliki hambatan masuk yang rendah, menyebabkan persaingan ketat. Banyak perusahaan EdTech fokus pada pemenuhan kebutuhan pengguna tanpa mempertimbangkan model bisnis yang berkelanjutan, yang menyebabkan kegagalan. Permasalahan umum meliputi biaya operasional tinggi, biaya akuisisi pelanggan yang meningkat, nilai umur pelanggan (lifetime value) yang pendek, dan penurunan profitabilitas. Model bisnis berbasis kohort, meskipun disukai, memiliki risiko tinggi dalam biaya pemasaran dan operasional. Retensi pelanggan dan lifetime value cenderung pendek, terutama setelah pandemi. Biaya akuisisi pelanggan di sektor pendidikan juga lebih tinggi dibandingkan sektor lain, memengaruhi profitabilitas. Selain itu, banyak perusahaan EdTech mengalami stagnasi karena kesulitan memenuhi preferensi belajar yang beragam, yang mengarah pada model bisnis yang tidak scalable dan penutupan bisnis.