Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan tunggal dalam pembangunan, baik eksogen maupun endogen, kurang efektif dalam mengembangkan wilayah pinggiran kepulauan. Pendekatan neoendogen muncul sebagai solusi dengan menjembatani kedua pendekatan tersebut, menekankan pada pengembangan unsur endogen dengan memahami jaringan ekstralokal. Penelitian ini menyoroti pentingnya jaringan dalam pengembangan wilayah, khususnya dalam konteks pulau terluar di Indonesia, dengan menggunakan perspektif kekuasaan untuk mengungkap jaringan yang tampak dan tersembunyi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan eksogen sangat menentukan arah pembangunan pulau terluar, sementara jaringan internal dipengaruhi oleh nilai lokalitas dan institusi sosial. Pendekatan neoendogen, yang dijelaskan melalui perspektif kekuasaan, membuka ruang bagi interaksi antara struktur dan agensi eksogen-endogen, menciptakan ruang kekuasaan otonom yang mendorong partisipasi masyarakat lokal. Penelitian ini memberikan kontribusi pada teori pengembangan wilayah neoendogen dengan menunjukkan bahwa interaksi tidak selalu harus formal dan bahwa lokalitas wilayah perlu dipertimbangkan dalam proses perencanaan, serta menekankan pentingnya transfer pengetahuan dan partisipasi dalam meningkatkan modal wilayah. Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan karena fokus pada wilayah kepulauan dan masyarakat perikanan tertentu, sehingga studi lanjutan disarankan untuk mengeksplorasi kompatibilitas pendekatan neoendogen dengan konteks lain dan melanjutkannya pada program SKPT Natuna.