Teks ini membahas kekuatan jaringan internal dalam pembangunan pulau terluar, khususnya di masyarakat nelayan Natuna. Jaringan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai lokalitas, modal sosial, dan institusi sosial yang ada. Masyarakat nelayan Natuna memiliki nilai lokalitas yang kuat, menjunjung tinggi musyawarah, dan cenderung bekerja sendiri. Jaringan usaha perikanan di Natuna memiliki pola patron-klien yang kuat antara nelayan dan tauke, yang memberikan akses permodalan dan pemasaran. Namun, masuknya program Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) dengan Perindo sebagai penggerak, memunculkan dinamika baru dan mengubah jaringan pemasaran. Meskipun awalnya didukung, implementasi SKPT menimbulkan berbagai persepsi dan reaksi dari nelayan, mulai dari dukungan penuh hingga penolakan terselubung, dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap aktor-aktor seperti ketua kelompok nelayan, kepala desa, istri, dan tauke. Kondisi ini mencerminkan lapisan infrapolitik masyarakat nelayan sebagai respons terhadap kebijakan pembangunan SKPT, dengan berbagai tindakan yang mendukung, menentang, atau berada di antara keduanya, dipicu oleh ancaman terhadap subsistensi dan perubahan dalam hubungan patron-klien.