Penelitian geokimia airtanah dilakukan di wilayah Arjawinangun, Cirebon, meliputi 7 desa dengan luas sekitar 4,3 km², yang sebagian besar merupakan lahan persawahan. Penelitian ini menganalisis 36 sampel airtanah dari berbagai kedalaman (sumur dangkal, sumur bor, dan mata air panas) untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia airtanah, jenis akuifer (endapan aluvium), serta arah pergerakan airtanah (umumnya dari barat ke timur). Hasil analisis menunjukkan variasi TDS (Total Dissolved Solids) yang mengindikasikan sebagian sampel sebagai air payau, pH yang agak asam, serta rasa yang bervariasi dari tawar hingga agak asin. Analisis kimia lebih lanjut (uji kesetimbangan ion, fasies geokimia, diagram Gibbs) mengungkap interaksi air-batuan, evaporasi, dan pertukaran ion sebagai mekanisme yang mengontrol komposisi kimiawi airtanah. Berdasarkan diagram Kloosterman, terdapat lima tipe hidrokimia airtanah. Komparasi kandungan unsur kimia dengan mata air panas terdekat mengindikasikan tidak adanya pengaruh signifikan dari fluida panas bumi terhadap sistem airtanah di wilayah penelitian. Terakhir, analisis kualitas airtanah dibandingkan dengan standar baku mutu air minum dan air baku menunjukkan bahwa banyak sampel tidak layak untuk dikonsumsi atau digunakan langsung tanpa penanganan lebih lanjut, terutama karena TDS yang tinggi, pH rendah, serta kadar fluorida, sulfat, dan kesadahan yang tidak sesuai standar.