Tanaman kopi, asal Afrika, kini dibudidayakan luas di daerah tropis dan menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi; di Indonesia, lebih 90% arealnya ditanami kopi robusta yang lebih tahan penyakit, cepat berkembang, dan berproduksi tinggi pada ketinggian 400–700 m dpl dengan curah hujan 1.250–2.500 mm/tahun. Budidaya robusta meliputi persiapan lahan, penanaman poliklonal, pemupukan berbasis umur tanaman, pemeliharaan melalui penyiangan serta pemangkasan bentuk-produksi-rejuvenasi, dan panen merah penuh yang dilanjutkan sortasi, fermentasi, pengeringan, hingga penggilingan untuk memperoleh biji kopi kering. Rantai pasok kopi robusta menghubungkan petani, pedagung pengumpul, pedagang besar, dan eksportir, namun dihadapkan pada risiko pasokan, permintaan, internal, maupun lingkungan. Untuk itu diterapkan manajemen risiko berupa identifikasi, pengukuran, dan mitigasi melalui metode AHP-FMEA guna merumuskan strategi seperti peningkatan teknologi budidaya, pengolahan basah, kerja sama koperasi, serta kontrak berbagi pendapatan agar produktivitas, kualitas, dan keberlanjutan usaha tetap terjaga.