Berikut ringkasan teks dalam maksimal 50 kalimat:
Penelitian ini menganalisis data 22.333 individu berusia 15 tahun ke atas untuk memahami pengaruh sikap pengambilan risiko (risklevel) terhadap berbagai aspek kesejahteraan. Statistika deskriptif menunjukkan distribusi data untuk variabel seperti konsumsi, status pernikahan, tingkat pendidikan, penyakit kronis, depresi, usia, lokasi, dan jenis kelamin. Uji multikolinearitas menunjukkan tidak ada korelasi signifikan antar variabel independen. Regresi dilakukan dengan metode Probit, IVProbit, dan EProbit pada lima model: konsumsi total, konsumsi pangan/non-pangan, tingkat pendidikan sesuai usia, riwayat penyakit kronis, dan kecenderungan depresi.
Hasil regresi menunjukkan pengaruh positif signifikan sikap pengambilan risiko terhadap semua outcome. Namun, signifikansi variabel kontrol bervariasi antar model dan metode regresi. Korelasi error term signifikan mengindikasikan masalah endogenitas, mendukung penggunaan IVProbit dan EProbit. Uji goodness-of-fit menunjukkan nilai F-statistic Cragg-Donald di atas 10, mengindikasikan instrumen yang kuat. Robustness check menggunakan ketiga metode regresi menghasilkan hasil yang relatif mirip. Variabel pembanding kepuasan hidup menunjukkan korelasi signifikan dengan 4 dari 5 outcome.
Overidentification test menggunakan satu instrumen (bencana) menunjukkan hasil identified. Penggunaan dua instrumen (bencana dan kepercayaan) menunjukkan overidentifikasi pada 4 dari 5 model, mengindikasikan instrumen lemah. Nilai AIC digunakan untuk memilih model terbaik. Hasil regresi EProbit memberikan nilai AIC terkecil, sehingga dipilih untuk interpretasi lebih lanjut menggunakan marginal effect.
Marginal effect menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Peningkatan usia berkorelasi dengan penurunan konsumsi dan peningkatan kemungkinan penyakit kronis. Status menikah meningkatkan kemungkinan konsumsi di atas garis kemiskinan, tingkat pendidikan sesuai usia dan penyakit kronis. Peningkatan jumlah anggota keluarga meningkatkan kemungkinan konsumsi di bawah garis kemiskinan. Individu dengan level risiko tinggi cenderung memiliki konsumsi yang lebih tinggi, tingkat pendidikan yang lebih sesuai usia, dan kecenderungan depresi lebih besar.
Analisis lebih lanjut menunjukkan karakteristik individu pengambil risiko: laki-laki, berpendidikan tinggi, dan tinggal di perkotaan. Individu cenderung lebih menghindari risiko saat menghadapi potensi kerugian yang lebih besar. Negara dapat mendorong pengambilan risiko melalui pendidikan kewirausahaan, akses modal, regulasi yang mendukung, dan kemitraan swasta. Sikap pengambilan risiko yang tinggi bermanfaat dalam inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan pengembangan sektor kritis. Pandemi COVID-19 dan perubahan iklim menciptakan ketidakpastian global.