Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan pakcoy di dua lokasi ITB (Jatinangor dan Ganesha) dengan kondisi lingkungan dan nutrisi yang berbeda. Kondisi lingkungan di Jatinangor cenderung lebih cerah, panas, dan kering dibandingkan Ganesha yang lebih teduh, sejuk, dan lembap. Tanaman pakcoy diperlakukan dengan dua sistem nutrisi (A dan B) di masing-masing lokasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pakcoy terbaik secara visual (tinggi, jumlah daun, panjang dan lebar daun) diperoleh pada perlakuan sistem A di Jatinangor (JA), diikuti oleh perlakuan sistem A di Ganesha (GA), sistem B di Ganesha (GB), dan terendah pada sistem B di Jatinangor (JB). Faktor fisika lingkungan, terutama intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban udara, serta kondisi nutrisi (pH, EC, dan suhu air) juga diukur dan dianalisis. Hasil uji beda T menunjukkan perbedaan signifikan pada pertumbuhan tanaman pakcoy antara sistem A dan B, terutama di Jatinangor, yang mengindikasikan pengaruh nutrisi. Selanjutnya, model regresi nonlinier digunakan untuk memodelkan pengaruh faktor lingkungan dan nutrisi terhadap pertumbuhan pakcoy, dengan analisis sensitivitas untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh. Model matematis menunjukkan pengaruh intensitas cahaya, suhu udara, dan kelembaban udara terhadap pertumbuhan jumlah daun, serta pengaruh electrical conductivity (EC) terhadap pertumbuhan tinggi taruk pakcoy. Namun, model ini memiliki batasan dan hanya berlaku pada kondisi nutrisi yang baik (AB Mix).