Teks ini membahas paleogeografi dan paleomorfologi Jawa Tengah selama kala Holosen serta kajian daerah jelajah hominid di Jawa Tengah pada kala Plestosen-Holosen. Hominid, sebagai makhluk individu dan sosial, berinteraksi dengan sesama dan lingkungan untuk bertahan hidup, membutuhkan makan dan minum. Penelitian ini meliputi lokasi seperti Song Keplek, Goa Braholo, Sungai Lusi, Goa Kidang Patiayam, Goa Kidang, dan Bengawan Solo.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, hominid mencari lingkungan yang memenuhi syarat, berinteraksi secara sosial, dan melakukan okupasi terhadap lingkungan sekitar. Mereka menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungannya (geomorfologi dan geologi). Jika tidak dapat beradaptasi, mereka menjelajah ke tempat lain atau mencari lingkungan baru, bahkan kembali ke lingkungan yang pernah ditinggalkan. Jalur-jalur manusia purba dapat diketahui melalui penelitian paleogeografi, pertanggalan, teknologi artefaktual, dan data pendukung lainnya.
Data geologi, paleontologi, artefak, umur radiometri, dan paleogeografi di Jawa merupakan variabel penting dalam evolusi dan penyebaran manusia purba. Lokasi fosil hominid dapat menentukan alternatif jalur jelajah manusia purba, titik terjauh, dan waktu penjelajahan. Perubahan muka laut selama glasiasi dan interglasiasi membuka dan menutup daratan yang menghubungkan zona Rembang, Depresi Solo, Zona Kendeng, dan Zona Selatan. Penelitian geoarkeologi meliputi dinamika geologi, arkeologi, paleoantropologi, dan geokronologi untuk merekonstruksi paleogeografi, ekologi, dan paleolingkungan fauna dan manusia, termasuk paleo jelajah hominid akibat perubahan lingkungan di Jawa Tengah.
Kajian data geologi di lembah Sungai Lusi membuka pengetahuan baru tentang suksesi jelajah hominid selama zaman Kuarter. Penelitian ini merumuskan tiga jalur besar penjelajahan hominid di Jawa Tengah:
1. **Jalur Tengah Jawa Tengah Menjelajah Utara:** Analisis radiometri daerah temuan fosil manusia (Sambungmacan, Trinil, Kedungbrubus, Patiayam) menunjukkan umur Plestosen Awal-Tengah. Penurunan muka air laut membentuk morfologi perbukitan dan lembah sungai, memudahkan aksesibilitas fauna dan hominid melalui Sungai Bengawan Solo dan Sungai Lusi. Jalur jelajah diawali dari Sangiran, ke arah timur melalui Sungai Bengawan Solo ke Sambungmacan, Trinil, dan Kedungbrubus.
2. **Hominid dari Trinil ke Patiayam:** Beberapa hominid dari Trinil melanjutkan perjalanan ke utara melalui Sungai Bengawan Solo dan Sungai Lusi hingga Patiayam. Mereka menyeberangi Selat Demak-Kudus-Rembang melalui jembatan daratan yang terbentuk di utara Jawa.
Kesimpulan, penelitian ini memberikan gambaran komprehensif tentang pergerakan dan adaptasi hominid di Jawa Tengah selama periode Plestosen-Holosen, berdasarkan data geologis, arkeologis, dan paleontologis.