Teks tersebut menganalisis pengaruh pola curah hujan terhadap debit puncak Sungai Ciliwung, yang berujung pada banjir di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pada periode 2003-2017.
**Poin-poin utama:**
* **Historis Banjir:** Banjir sering terjadi di Jakarta Selatan dan Timur, banyak di antaranya disebabkan oleh luapan Sungai Ciliwung. Jumlah kejadian banjir meningkat signifikan setelah tahun 2011. Banjir berpotensi terjadi di semua musim, tetapi paling sering di musim Desember-Januari-Februari (DJF).
* **Hubungan Debit Puncak dan Dampak Banjir:** Terdapat hubungan eksponensial antara debit puncak Sungai Ciliwung dan jumlah orang yang terdampak banjir.
* **Pengaruh Debit Awal:** Debit awal sungai (sebelum hujan lebat) mempengaruhi debit puncak, terutama di musim DJF dan Maret-April-Mei (MAM). Pada musim Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON), debit puncak kurang dipengaruhi debit awal. Pertemuan beberapa hidrograf banjir (superposisi) dapat memicu debit puncak ekstrem dan memperpanjang durasi banjir.
* **Pola Curah Hujan dan Dampaknya:** Variasi harian curah hujan (terutama pola semidiurnal) dan propagasi hujan berperan penting dalam membentuk debit puncak. Pola semidiurnal (hujan sore dan pagi) memicu debit yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama, yang berkaitan dengan dampak banjir yang lebih parah.
* **Simulasi Model Hidrologi (GSSHA):** Simulasi menggunakan model hidrologi terdistribusi menunjukkan bahwa pola semidiurnal dan pergerakan hujan sangat memengaruhi karakteristik hidrograf banjir. Pergerakan hujan ke hilir cenderung meningkatkan debit puncak, sementara pergerakan ke hulu cenderung memperpanjang durasi banjir. Pada volume hujan yang sama, pola semidiurnal akan menghasilkan debit puncak yang lebih rendah namun menghasilkan durasi banjir yang lebih lama. Namun jika pola semidiurnal dihasilkan dari dua proses hujan yang berbeda maka akan mengakibatkan terbentuknya banjir dengan debit puncak yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.
**Kesimpulan:**
Banjir di DAS Ciliwung disebabkan oleh hujan ekstrem dengan variasi ruang dan waktu yang tidak merata. Variasi harian curah hujan dan propagasinya merupakan karakteristik hujan yang memicu terbentuknya debit ekstrem. Pola semidiurnal memicu debit yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama. Simulasi hidrologi menunjukkan bahwa pola semidiurnal diurnal akan menghasilkan debit puncak yang lebih rendah tinggi namun menghasilkan durasi banjir yang lebih lama pendek. Namun jika pola semidiurnal dihasilkan dari dua proses hujan yang berbeda maka akan mengakibatkan terbentuknya banjir dengan debit puncak yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.