Berikut ringkasan teks tentang geologi Cekungan Kutai dalam kurang lebih 50 kalimat:
Cekungan Kutai, cekungan Tersier terbesar dan terdalam di Indonesia, seluas 165.000 km², terbentuk akibat konvergensi Lempeng Eurasia, Pasifik, dan India-Australia. Secara fisiografis, cekungan ini terletak di Kalimantan bagian timur, dibatasi oleh Tinggian Mangkalihat (utara), Sesar Adang Paternoster (selatan), Selat Makassar (timur), dan Tinggian Kuching (barat), dengan kedalaman 12.000-14.000 meter. Cekungan Kutai kaya akan hidrokarbon, eksplorasi dan eksploitasi terus dilakukan intensif. Kompleksitas tektonik dan aksesibilitasnya mendorong banyak penelitian geologi.
Pembentukan Cekungan Kutai dimulai pada Eosen sebagai respon terhadap regangan regional, menghasilkan *half-graben* berarah NE-SW. Pembukaan cekungan berlanjut hingga Eosen Atas-Oligosen Awal, kemudian melambat dengan dominasi sedimen laut. Oligosen Tengah-Akhir ditandai reorganisasi lempeng, pengangkatan, dan erosi di Kalimantan tengah terkait pembukaan Laut Cina Selatan. Bagian timur cekungan kembali membuka dan terjadi genang laut.
Pada Miosen, reorganisasi lempeng menyebabkan inversi cekungan dan progradasi delta ke arah timur. Fase kontraksional ini berlanjut hingga kini. Stratigrafi Cekungan Kutai dimulai sejak awal Tersier, sedimen mengisi dari barat ke timur mengikuti *depocenter*. Urutan stratigrafi dibedakan berdasarkan suksesi batuan dan ketidakselarasan seismik.
Unit paling awal adalah Formasi Pamaluan (Oligosen Akhir-Miosen Awal), berupa sedimen laut dalam-dangkal, didominasi batulempung, batuserpih organik, dan batupasir halus. Grup Bebulu (Miosen Awal-Tengah) mencakup batugamping Formasi Meruat dan Formasi Pulau Balang, endapan klastik laut dan terendapkan secara menjari. Grup Balikpapan (Miosen Tengah) terdiri dari Formasi Mentawir (paralik-deltaik) dan Formasi Gelingseh (sedimen laut), dengan batugamping-batunapal Anggota Klandasan di bagian atas. Ketidakselarasan menandai perubahan tektonik regional menjadi sistem kontraksional atau inversi.
Grup Kampung Baru (Miosen Atas-Pliosen) adalah sedimen deltaik progradasi ke timur (Formasi Tanjung Batu), sementara Formasi Sepinggan (tenggara) didominasi sedimen laut. Grup Mahakam (Pliosen-sekarang) terus berprogradasi ke timur, membentuk Formasi Handil, sedangkan Formasi Attaka (Selat Makassar) berkarakteristik lingkungan laut.
Lapangan Merdeka, terletak di poros antiklinorium Samarinda, memiliki struktur antiklin berarah NNW-SSE tanpa sesar yang jelas. Deformasi lebih intensif di zona Miosen Tengah-Atas, yang berkorelasi dengan inversi regional, dan melemah di zona dangkal Pliosen. Reservoir Lapangan Merdeka tersusun atas endapan Miosen Tengah Akhir hingga Pliosen dari Grup Kampung Baru, litologinya batuserpih, batulempung, batulanau, batupasir, dan batubara lingkungan fluvial-deltaik hingga laut dangkal.
Studi stratigrafi sikuen menggunakan data seismik dan log sumur untuk mengamati kontinuitas lapisan. Lapangan Merdeka dibagi menjadi zona utama (Main Zone dan Upper Zone) dan zona dangkal (Fresh Water Sands dan Very Shallow Zone). Zona utama didominasi endapan laut (delta front mouth bar, transisi-shallow marine) dengan reservoir batupasir-batuserpih tipis. Zona dangkal didominasi endapan fluvial-deltaik dengan reservoir batupasir *channel* yang lebih tebal vertikal namun terbatas lateral.
Sistem deltaik Mahakam mengalami siklus perubahan lingkungan pengendapan (fluvial, transisi, marine). Lapangan Merdeka, dekat dengan Delta Mahakam modern, tersusun atas endapan laut dangkal, transisi, dan fluvial, tergantung sistem yang dominan saat itu, evolusi lingkungan pengendapan tampak jelas secara vertikal dan lateral dari interpretasi data log sumur dan seismik.